BUATLAH APA YANG BELUM DIFIKIRKAN ORANG LAIN,BERHENTI TIADA TEMPAT BAGIMU, LAMBAT BER ARTI MATI, KARENA ENGKAU AKAN TER INJAK INJAK OLEH MASA
ASSALAMU ALAIKUM
Kamis, 07 Maret 2013
Dialektika Hegel (Thesis, AntiThesis, Sintesis)
Dialektika Hegel saya rasa cukup dikenal di kalangan para pecinta Ilmu ilmu sosial. Sebagai sebuah doktrin yang cukup mampu bertahan dan diikuti oleh banyak orang dialektika Hegel ibarat sebuah teori Newton yang diamini dan dianggukki oleh sosiolog maupun pemerhati sosial yang lainnya. Ketika menjelaskan atau berusaha menerangkan tentang proses-proses sosial, dialektika hegel ini selalu saja banyak dicopot dan dijadikan sebuah penjelasan. Proses sosial memang sepertinya bekerja seperti dialektika Hegel ini, namun bagi saya Dialektika Hegel cukup melenakan dan menjauhkan atas kekomplekan apa yang terjadi sebenarnya. Doktrin ini melemahkan, menyempitkan dan menyederhanakan realita Proses Sosial yang ada. Doktrin Hegel ini memang cukup menarik dan cukup memberikan suatu penjelasan yang keliatannya rasional.
Dikembangkan dari filsafatnya Kant yang tertulis di Critique of Pure Reason, Dialektika Hegel kemudian mereduksi dan mengembangkan cirinya sendiri. Sebagai sebuah penjelasan atas proses-proses tertentu, dialektika itu sendiri sudah jauh dari apa yang dimaksudkan oleh Kant. Dialektik terdiri dari Ritme Tiga Hentakan: Thesis, AntiThesis dan Sintesis. Thesis dan Anti Thesis dikembangkan oleh hegel dari Antinomi-antinominya Kant yang notabene membahas mengenai batas-batas dari rasionalitas kita atau merupakan kritik atas rasionalitas kita (Critique of Pure Reason) yang mengatakan bahwa kita tidak akan mampu memahami sesuatu yang sifatnya seperti ketakberhinggaan dan bersifat dua kutub, bipolar. Kita akan selalu menemui jalan buntu (antinomi) yang berlawanan satu sama lain ketika berusaha memahami semisal waktu atau ruang. Silahkan search tulisan saya yang lain mengenai Antinomi Kant soal waktu dan ruang ini. Akan tetapi Hegel mengambil jalan lain. Sembari mengatakan bahwa Kant memang benar bahwa dalam banyak hal di kehidupan kita adalah merukpakan antinomi-antinomi akan tetapi diantara dua buah kutub tersebut bisa muncul gabungan dari dua kutub tersebut.
Dalam hal ini sebenarnya Hegel membuat antinomi Kant menjadi melebar dan menyentuh apa yang sebenarnya tidak ingin dikatakan oleh Kant. Hegel kemudian mengadopsi antinomi Kant ini dalam sebuah doktrin Dialektika Sosialnya. Thesis, merupakan sesuatu yang pada dasarnya berkebalikan dengan AntiThesis. Dalam sebuah ide AntiThesis merupakan lawan atau kutub yang berkebalikan dengan Thesis. Pro dan Kontra istilahnya. Namun ketika Thesis dan AntiThesis ini bergejolak dan bertemu di dunia nyata maka suatu saat akan timbul hal baru yang merupakan akomodasi atau hasil-hasil dari benturan keduanya (entah itu kompromi, win-win solution, perjanjian, atau ide2 baru, dan semua proses sosial atau budaya baru) yang ia sebut sebagai Sintesis. Sintesis kemudian bisa menjadi Thesis dan kemudian menemukan AntiThesisnya dan melahirkan Sintesis baru. Demikian seterusnya.
Setidaknya menurut Hegel Dialektika ini merupakan sebuah proses yang mati. Istilah kerennya Dialektika ini adalah Hukum Sosial yang berlaku untuk semua waktu dan semua tempat. Kalau dalam Fisika atau ilmu dikenal dengan Hukum Newton maka Dialektikanya ini merupakan Hukum Sosialnya. Seluruh Proses Sosial kemasyarakatan merupakan proses yang pada dasarnya berdialektika seperti ini, demikian kata Hegel. Tentunya ini merupakan dukungan dari Ide Sosial yang ia sebut sebagai Roh Masyarakat (Zeitgeis kalau tidak salah, tolong dikoreksi ya). Akan tetapi sebagai sebuah doktrin yang sudah mengurat akar di kalangan sosial (saya kok yakin setiap ilmuan sosial mengenal bahkan sering meyakini Doktrin ini), jika dianggap sebagai sebuah keimanan, hal ini akan membahayakan dan merupakan kekeliruan atau penyederhanaan yang berlebihan. Kecenderugan Historisis dalam Dialektika ini sangatlah tinggi. Seperti Kehendak Hukum Tuhan mungkin.
Ah, saya juga tidak begitu mengerti. Tolong dikoreksi dan dibantah jika saya keliru dalam memahaminya.
Salam Penuh Tanya
Haqiqie Suluh
1. Latar belakang sejarah Materialisme Dialektik
Sebagaimana kita telah ketahui, bahwa Materialisme Dialektik bersumber pada filsafat klasik Jerman abad ke 19, atau dengan kata lain, Materialisme Dialektik (MD) adalah pengembangan lebih lanjut dari filsafat klasik Jerman. Pada masa itu, Fisafat klasik Jerman merupakan filsafat yang paling maju di Eropa. Mengapa tidak di Inggris atau Perancis yang tingkat perkembangan masyarakatnya jauh lebih maju dari pada di Jerman, tentunya bukan hal yang kebetulan.
Pada abad ke 19, kapitalisme mulai berkembang di Jerman, kaum borjuis Jerman berada di telapak kaki kekuasaan feodal Kaum Jongker. Sementara di Inggris dan Perancis, kapitalisme berkembang lebih maju dibandingkan Jerman. Borjuasi kedua negeri itu sudah berhasil menumbangkan kekuasaan feodal sementara borjuis Jerman membutuhkan sebuah filsafat sebagai sebuah senjata ideologis yang mampu memberikan bimbingan dan pimpinan dalam perjuangan melepaskan dekapan Kaum Jonger. Begitulah dapat dikatakan bahwa Filsafat klasik Jerman di abad ke 19 justru merupakan proses perkembangan dari perjuangannya untuk mendapatkan senjata ideologi itu.
Pada batas-batas tertentu perjuangan klas antara kaum feodal dan kaum borjuis lebih berat daripada apa yang terjadi sebelumnya di Inggris dan Perancis. Alasannya, baik kaum feodal maupun kaum borjuis yang berkuasa di Jerman, masing-masing telah dapat menarik pelajaran dari pengalaman sejarah perjuangan klas dari negeri-negeri tersebut (Inggris dan Perancis). Sementara itu perkembangan kapitalisme yang tak mungkin terhindarkan, telah melahirkan suatu klas baru, yaitu klas pekerja. Kelas pekerja ini semakin tumbuh membesar dan kuat dan menjadi musuh utama klas borjuis dalam masyarakat kapitalis di Jerman. Ditambah lagi dengan Gerakan kaum buruh yang sudah mulai bangkit di negri-negeri lain seperti Inggris, Perancis dsb., mempengaruhi alam pikiran kaum borjuis Jerman.
Sudah tentu disamping itu semua, ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkembang pesat. Hal itu tidak lain berkat kemajuan kapitalisme di capai. Kemajuan tersebut yang kemudian menentukan perkembangan dunia pikiran dan filsafat. Dalam situasi demikian, pada satu pihak kaum borjuis Jerman berkepentingan menumbangkan kekuasaan feodal untuk mengembangkan kapitalisme, sedang di pihak lain mereka juga mengkuatirkan ancaman kebangkitan gerakan klas proletar. Situasi demikian menimbulkan keraguan dalam diri mereka. Hal ini jelas tercermin dalam filsafat klasik Jerman yang muncul.Gambaran yang konkrit misalnya dari filsafat dualisme Kant yang kompromis, filsafat Hegel yang Dialektik tapi idealis, sampai ke filsafat Feuerbach yang materialis tapi mekanis dan tak konsekwen.
Sebagaimana kita ketahui, tokoh-tokoh yang berhubungan erat dengan kelahiran Materialisme Dialektik adalah Hegel dan Feuerbach. Hegel berjasa dalam mensistimatisir fikiran-fikiran dialektis yang terdapat sepanjang sejarah filsafat, ini yang menunjukkan bagian progresip dari filsafatnya, namun Dialektikanya Hegel lebih berdasarkan idealisme dimana filsafatnya menunjukkan segi yang reaksioner. Menurut Hegel, gejala alam dan sosial adalah perwujudan dari ‘ide absolut yang senantiasa bergerak dan berkembang. Marx berpendapat bahwa Dialektika Hegel itu berjalan dengan kaki di atas dan kepala di bawah.
Filsafat Feuerbach adalah filsafat materialis mekanis yang pernah menjadi senjata ideologis kaum borjuis Perancis dalam revolusi abad 18. Sungguh pun demikian, adalah juga Feuerbach, yang berani menghidupkan kembali Materialisme dan mengibarkannya tinggi-tinggi di tengah lautan idealisme yng menguasai seluruh Eropah pada abad itu. Dengan pemikiran Materialisme yang terbatas, Feuerbach mengkritik agama Katholik yang berkuasa pada saat itu, karena mereka tak lebih dari kuroptor dan alat negara kerajaan pada saat itu. Dari pemikirannya itu pula muncul ide untuk mendirikan sebuah agama baru diatas bumi yang nyata, bukan di awang-awang. Ini justru menunjukkan ketidak konskwenan pandangan Materialisme Feuerbach.
Marx secara kritis mengubah Dialektika Hegel yang idealis menjadi Materialis, dan Materialisme Feuerbach yang mekanis (non-dialektis) menjadi dialektis. Dengan demikian terciptalah suatu sistim filsafat Materialisme Dialektik.
Berdasarkan sistim filsafat Materialisme Dialektik, Marx mengadakan penyelidikan dalam bidang sejarah, menelaah sejarah perkembangan masyarakat manusia sehingga lahirlah apa yang dikenal Materialime Historis atau pandangan tentang sejarah secara materialis. Menurut Materialisme Historisnya, Marx menggambarkan bahwa masyarakat berkembang menurut hukum-hukumnya dan tidak dapat ditentukan oleh ide atau kehendak seseorang atau golongan. Dan menurut hukum-hukum perkembangan masyarakat yang objektip ini, terutama hukum yang menguasai masyarakat kapitalis, Marx berkesimpulan bahwa masyarakat kapitalis pasti akan tumbang dan akan diganti oleh masyarakat yang lebih maju. Ini adalah suatu keharusan sejarah. Dan keharusan sejarah ini akan diwujudkan dan hanya dapat diwujudkan oleh klas pekerja, ksum proletar. Klas pekerja sebagai kelompok mayoritas dan paling tertindas itu telah mendapatkan filsafatnya sebagai senjata ideologis yaitu Materialisme Dialektika. Dan Materialisme Dialektika mendapatkan kekuatan realnya pada Klas pekerja.
2. Kenyataan Objektif di Dunia Adalah Material
Sama seperti filsafat materialis lainnya, Materialisme Dialektik pertama-tama mengakui, bahwa materi atau kekeberdaan (being) adalah primer sementara idea atau pikiran adalah sekunder. Materi yang dimaksudkan disini tidak berarti hanya benda tapi segala sesuatu yang adanya secara nyata (riil), yang dapat ditangkap oleh indera, dilihat, dibaui, didengar, diraba dan dirasakan. Selain itu yang lebih penting lagi bahwa Materialisme Dialektik mengakui materi atau kenyataan objektip itu berada diluar kesadaran subjektif, artinya adanya suatu materi itu tidak ditentukan oleh kesadaran atau pengetahuan kita.
Misalnya, kehidupan ekonomi kapitalis selalu di acam oleh penyebab-penyebab yang hadir tanpa peduli kita menyadarinya atau tidak. Atau, contoh kedua, atom-atom dalam kertas ini sudah ada, disadari atau tidak oleh kita. Hal ini bertolak belakang dengan filsafat idealisme yang hanya mau mengakui suatu hal sebagai suatu kenyataan apabila sudah ia sadari, dengan kata lain ada atau tidak adanya suatu kenyataan itu ditentukan oleh kesadaran subjektif. Contoh dari filsafat ini, kita baru mengetahui bahwa kita memiliki nafas kalau saat ini kita berhenti sebentar membaca… (silakan berhenti membaca). dan merasakan bahwa ternyata kita mengambil dan mengeluarkan udara lewat hidung. Nafas itu tidak ada kalau kita sadar menghentikan udara agar tidak masuk lagi ke dalam hidung. Nafas itu pun kembali ada , kalau kita menghirup dan mengeluarkan udara lagi. Dari contoh itu kita dapat menyatakan bahwa Inilah ciri dari pandangan idealisme subjektif. Sering secara tidak sadar tergelincir kedalam pandangan yang demikian, hingga jatuh dalam jurang subjektivisme. Berdasarkan contoh tersebut, kubu materialisme akan menjawab bahwa nafas tetap ada, entah kita sadari atau tidak, 5 menit yang lalu.
Dasar material dari pendirian kita menyatakan bahwa idea atau fikiran itu sekunder. Secara khusus adalah sebagai berikut:
a) Suatu ide atau pikiran mesti dilahirkan oleh suatu materi yang dinamakan otak, tanpa otak tak akan ada idea atau pikiran.
b) Menurut isinya, suatu idea mesti merupakan suatu pencerminan dari suatu kenyatan objektip atau materi, sekalipun betapa abstraknya materi itu, misalnya ide masyarakat adil makmur, adalah pencerminan yang berpangkal dari suatu kenyataan masyarakat yang serba tidak adil dan miskin, hingga menimbulkan angan atau cita-cita akan sebuah masyarakat yang adil dan makmur.
Dalam mencerminkan kenyataan objektif, ide atau pikiran tidak hanya seperti sebuah cermin atau alat pemotret yang dapat mencerminkan objek sebagaimana adanya, tapi dapat juga mengembangkannya lebih jauh; menghubungkan, membandingkan dengan kenyataan-kenyataan lain lalu menarik kesimpulan atau keputusan, hingga melahirkan suatu idea untuk merubah kenyataan itu. Peranan aktif ide ini mendapatkan tempat yang sangat penting dalam pandangan Materialisme Dialektik, karena motif berpikir kita pada umumnya untuk memecahkan persoalan atau mengubah kenyataan, dan tidak hanya sekedar mencerminkan kenyataan begitu saja.
Meskipun demikian, ide itu sendiri tidak dapat secara langsung mengubah kenyataan atau keadaan, dan untuk dapat mewujudkannya ide memerlukan dukungan kekuatan material. Dan seterusnya kekuatan material inilah yang secara kongkrit mengubah kenyataan atau keadaan tersebut Gagasan Indonesia tidak akan dapat menjadi kenyataan apabila tak dapat menghimpun dan menggerakkan Rakyat Indonesia untuk me-wujudkannya. Kegunaaan praktis dari prinsip pertama filsafat Materialisme Dialektik adalah, bahwa dalam menghadapi suatu persoalan kita harus bertolak dari kenyataan objektif sebagaiman adanya, bukan dari dugaan atau pikiran subjektif kita. Dan dengan pengetahuan kita yang lengkap mengenai kenyataan itu kita baru dapat menyusun suatu ide atau cara yang tepat untuk pemecahannya.
3. Dunia Kenyataan Objektip Merupakan Suatu Kesatuan Organik.
Dunia materiil atau kenyataan objektip merupakan suatu kesatuan organik, artinya setiap gejala atau peristiwa yang terjadi di dunia sekeliling kita, tidak berdiri sendirian, tapi saling berhubungan satu dengan yang lainnya. seperti tubuh kita, setiap bagian badan mempunyai saling hubungan dengan bagian badan lainnya secara tak terpisah.
Oleh karena itu, sebuah gejala dapat dimengerti dan diterangkan kalau dipandang dalam hubungannya dengan keadaan-keadaan yang tak terpisahkan dengan gejala-gejala disekelilingnya, sebagai gejala-gejala yang ditentukan oleh gejala-gejala disekitarnya. Pertumbuhan padi hanya dapat dimengerti hanya bila kita mengetahui saling hubungannya dengan keadaan tanah, air, dan matahari dsb. yang ada disekitarnya; disamping keadaan saling hubungan antara bagian-bagian dari pohon padi tadi yaitu, akar, batang, daun, dsb. Saling hubungan antara gejala-gejala di sekitar kita itu banyak corak dan ragamnya, ada yang langsung dan ada yang tak langsung; ada saling hubungan yang penting dan yang tak penting; ada saling hubungan keharusan dan kebetulan dsb. Semua harus dipelajari dan dapat dibedakan. Terutama saling hubungan keharusan dan yang kebetulan. Salah satu bentuk saling hubungan kausal atau sebab-akibat. Dan kita hanya dapat memahami sesuatu hal apabila kita mengetahui sebab dan syarat-syarat serta faktor yang melahirkan hal-hal tersebut.
Dengan mengenal baik saling hubungan internal suatu hal-ikhawal, serta saling hubungannya dengan keadaan sekeliling (ekstern), kita tidak hanya dapat memahami sifat dan kualitasnya, tapi juga dapat mengetahui hukum-hukum yang menguasai perkembangannya. Dengan mengenal baik saling hubungan antar klas yang barada dalam masyarakat kita serta hubungannya dengan dunia sekitar sebagai keseluruhan, kita dapat memahaami watak masyarakat kita. Materialisme Dialektika memandang suatu hal ikhwal tidak secara terpisah dari hubungannya dengan keadaan sekitarnya. Supaya kita saling mengenal baik saling hubungan kenyataan disekitarnya. sehingga kita dapat mengetahui hukum yang menguasainya. Dan hanya berdasarkan hukum-hukum yang kita ketahui, kita dapat mengubah hal ikhwal tersebut.
4. Dunia Kenyataan Objektip Senantiasa Bergerak Dan Berkembang
Materialisme dialektis selanjutnya menunjukkan bahwa, dunia materi atau kenyataan objektip itu senantiasa dalam keadaan bergerak dan berkembang terus menerus. Keadaan diam atau statis, hanya bersifat sementara atau relatif, disebabkan karena kekuatan didalamnya serta hubungannya dengan kekuatan-kekuatan yang ada di sekitarnya dalam keadaan seimbang. Misalnya air dalam satu panci, dalam keadaan temperatur dan tekanan udara yang bias, nampaknya diam, padahal molukel-molukel air itu dalam keadaan bergerak, hanya saja dalam kecepatan yang rendah dan stabil, dan tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Demikian juga kekuatan-kekuatan antara air dengan dinding-dinding panci itu, tapi setelah panci dipanasi maka gerakan-gerakan molukel air makin cepat hingga makin nampak geraknya, akhirnya sampai pada 100 derajat celsius. Pecahlah keseimbangan mereka hingga air berubah menjadi uap dan meninggalkan panci tersebut.
Materialisme dilalektika tidak hanya berpendapat, bahwa materi itu senantiasa dalam keadaan bergerak dan berkembang, tapi juga berpendapat bahwa gerak materi itu adalah gerak sendiri, bukan digerakkan oleh kekuatan diluarnya. Gerak bumi kita adalah gerak sendiri, bukan digerakkan oleh “gerak pertama”, sebagaimana yang dikemukakan Newton, Yang pada hakekatnyanya adalah pandangan idealisme — “gerak pertama” itu digerakkan Tuhan.
Materialisme Dialektika lebih lanjut menjelaskan, bahwa gerak materi banyak ragamnya, tidak terbatas pada gerak mekanis saja, yang hanya membawa perubahan kuantitas, juga bukan gerak lingkaran setan atau gerak berulang-ulang yang tetap. Setiap materi mempunyai bentuk gerakan sendiri. Berpikirpun merupakan suatu gerak dari materi tertentu yang kita sebut otak. Sungguhpun gerak mempunyai banyak bentuk, mereka pada umumnya berada dalam proses perkembangan “tumbuh, hilang berganti” di mana sesuatu itu senantiasa timbul dan berkembang, dan sesuatu itu senantiasa rontok dan mati; senantiasa dalam ‘gerak yang maju dan naik’, sebagai peralihan dari keadaaan kualitatif yang lama ke kualitatif yang baru, perkembangan dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang rendah ke yang lebih tinggi.
Materialisme Dialektik juga menjelaskan bahwa gerak materi itu tidak tergantung atau ditentukan oleh keinginan atau kehendak subjektif manusia, melainkan menurut hukum-hukum yang menguasainya. Setiap hal yang khusus mempunyai hukum-hukum gerak yang khusus. Hukum perkembangan dunia tumbuhan berlainan dengan hewan; hukum perkembangan masyarakat desa berlainan dengan yang di kota. Hukum-hukum gerak itu disebut hukum Dialektika. Disamping hukum-hukum Dialektika yang berlaku khusus dari hal-hal yang khusus, sudah tentu juga ada hukum-hukum yang berlaku umum, yang berlaku buat semua hal. Prinsip-prinsip Dialektika secara praktis mengajar kita agar supaya selalu berpandangan ke depan, jangan selalu ke belakang, supaya selalu berorientasi pada hal-hal atau kekuatan yang sedang tumbuh dan berkembang, jangan pada sesuatu yang sedang lapuk atau mati. Dengan kata lain, supaya kita selalu berpandangan progresif revolusioner.
B. DIALEKTIKA MATERIALISME
1. Hukum Dialektika dan Metode Dialektika
Apakah metode Dialektika itu?, Metode ini memandang, menyelidiki dan menganalisa segala hal-hal yang kongkrit kita hadapi, dengan menggunakan dasar-dasar hukum-hukum Dialektika yang berlaku secara objektif, oleh karena, metode Dialektika itu sebetulnya tergantung oleh dua hal subjektif yaitu:
a) Lengkap tidaknya, tepat tidaknya, pengetahuan seseorang tentang hukum Dialektika,
b) Banyak atau sedikitnya pengalaman dia dalam praktek menggunakan metode tersebut, atau dengan perkataan lain sejauhmana ketrampilan dia menggunakannya.
Dengan mengetahui secara jernih tentang perbedaan atau hukum Dialektika yang objektif dengan metode Dialektika yang subjektif, kita dapat memiliki kegunaan secara praktis sbb:
a) Kita hendaknya terus melatih pandangan Dialektika materialis kita, selain dengan rajin mempelajari teori-teori revolusioner dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan umum secara cermat, juga dan terutama ikut terjun dalam praksis, terjun dalam kancah perjuangan massa rakyat revolusioner.
b) Melatih cara pandang dengan menggunakan metode Dialektika, meneliti dan menganalisa, me-mecahkan setiap hal yang kita hadap, misalnya dengan jalan berusaha mengenal sesuatu hal seobjektif mungkin dan selengkap mungkin, mengumpulkan data dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan, dengan mengadakan dialog dengan massa rakyat, memperhatikan pendapat orang lain, mempelajari tulisan, analisa atau karya-karya ilmiah orang lain, berusaha untuk mampu mengadakan penyimpulan atau analisa serta menguraikan secara sistimatis baik dengan lisan maupun tulisan.
Orang menggunakan metode Dialektik berdasarkan hukum umum Dialektik, sebagai pedoman untuk mendekati, mengenal dan menganalisa hal-hal yang khusus dan kongkrit, dan untuk menemukan hukum-hukum Dialektik yang khusus untuk menguasai hal-hal tertentu tersebut. Sifat hukum Dialektik yang umum itu abstrak, ia merupakan abstraksi dari hukum-hukum Dialektika yang khusus dan kongkrit, dalam dunia kenyataan yang kongkrit. Hukum umum Dialektik itu sebenarnya tidak ada, yang ada hanyalah hukum-hukum Dialektik yang khusus dan kongkrit. Setiap hal atau soal mempunyai hukum Dialektiknya sendiri yang khusus dan kongkrit.
Karena itu, memecahkan suatu persoalan tertentu berarti memecahkan atau menemukan dan memahami secara tepat hukum Dialektikanya yang khusus mengenai persoalan itu. Sedangkan hukum-hukum yang umum hanyalah pedoman. Seperti apa yang pernah dikatakan oleh orang-orang revolusioner sepanjang sejarah pergerakan rakyat: jangan banyak bicara umum dan abstrak, tapi pecahkan sesuatu hal secara khusus dan kongkrit.
2. Hukum Umum Dialektika Yang Pertama: Kesatuan Dari Segi-Segi Yang Berlawanan
Dalam “anti duhring”, Engels mengemukakan tiga hukum umum Dialektika. Hukum Dialektika yang pertama, Kesatuan dari segi-segi yang belawanan atau kontradiksi, menunjukkan bahwa gerak dunia materiil atau dunia kenyataan objektip ada karena segi-segi, faktor-faktor yang berlawanan dalam dirinya. Oleh karena itu menurut arti sebenarnya, ‘Dialektika adalah studi tentang kontradiksi di dalam hakekat segala sesuatu itu sendiri’.
Dengan kata lain hukum kontradiksi itu adalah jiwanya Dialektika. Tanpa adanya kontradiksi intern, berarti tidak ada gerak dan perkembangan. berarti tidak ada hal ikhwal itu sendiri.
a) Pengertian tentang Kontradiksi.
Dalam pengertian filsafat, sangatlah luas, tidak sebatas pada segi-segi yang saling berlawanan atau bertentangan, tapi segi yang berlainan dan berbeda sekalipun termasuk dalam kontradiksi.
b) Keumuman Kontradiksi
Ada dua pengertian: pertama, bahwa di dalam segala hal terdapat segi-segi yang berkontradiksi. Kedua, bahwa di dalam segala hal dalam seluruh proses perkembangannya, dari satu tingkat ke tingkat yang lain selalu terdapat kontradiksi di dalamnya. Setelah satu kontradiksi pada suatu tingkat perkembangan selesai, timbullah kontradiksi baru pada tingkat perkembangan yang baru. Begitu seterusnya tiada habis-habisnya. Arti praktis dari pengertian keumuman kontradiksi ini adalah bahwa kita tak boleh melarikan diri dari kontradiksi atau persoalan, bahwa kita tak boleh merasa jemu atau jera menghadapi dan memecahkan kontradiksi (persoalan). Di dunia ini tidak ada satu hal atau masalah yang dapat dengan satu kali diselesaikan untuk selama-lamanya, tanpa timbul persoalan baru.
c) Kekhususan Kontradiksi
Mempunyai dua pengertian, pertama bahwa di dalam setiap hal terdapat kontradiksinya sendiri secara khusus, yang berbeda dengan kontradiksi di dalam hal yang lain. Kedua, bahwa suatu hal dalam proses perkembangannya, maka di setiap tingkat perkembangannya terdapat kontradiksinya yang khusus, sehingga kita dapat membedakan tingkat perkembangannya yang satu dengan yang lain. Misalnya dalam proses perkembangan kupu-kupu, kontradiksi yang terkandung pada tingkat perkembangannya sebagai telur berbeda dengan yang pada tingkat perkembangannya sebagai ulat, dan seterusnya. Pengertian ini mempunyai arti praktis, bahwa sekali lagi kita dalam mengenal dan memecahkan persoalan harus secara kongkrit, tidak boleh secara umum dan garis besar saja, tidak boleh asal menjiplak saja. Cara pemecahan suatu persoalan tertentu tak dapat digunakan mentah-mentah untuk memecahkan persoalan yang lain. Demikian juga pemecahan untuk suatu tingkat perkembangan tertentu dari suatu persoalan tak dapat dipakai begitu saja untuk pemecahan tingkat perkembangannya yang lain.
d) Kontradiksi Dasar.
Dalam suatu materi atau kenyataan objektif terdapat lebih dari satu kontradiksi. Kontradiksi atau kontradiksi-kontradiksi yang menentukan kualitas suatu materi atau kenyataan objektif, atau dengan perkataan lain, yang menentukan adanya materi atau kenyataan objektif itu, disebut kontradiksi atau kontradiksi-kontradiksi dasar. Perubahan kontradiksi dasar berarti terjadi perubahan dari kualitas yang satu menjadi kualitas yang lain, berarti terjadinya suatu perubahan dari suatu materi pertama menjadi materi yang lain. Misalnya, Penghisapan kaum kapitais terhadap kaum buruh merupakan suatu kontradiksi dasar dari masyarakat kapitalis, dan dengan lenyapnya kontradiksi itu berarti lenyaplah pula masyarakat kapitalis yang berubah menjadi masyarakat yang lain.
Arti praktis dari pengertian ini ialah, kita hanya bisa mengambil sesuatu hal dengan baik, apabila kita mengetahui dengan jelas apa kontradiksi dasarnya. Hanya dengan demikian kita akan mengetahui dengan jelas pula suatu hal itu mengalami perubahan yang kualitatif ataukah tidak, juga dengan hanya demikian kita baru bisa mengusahakan untuk mengubahnya.
e) Kontradiksi Pokok Atau Kontradiksi Utama
Pada setiap tingkat perkembangan sesuatu hal, tidak semua kontradiksi yang terkandung memainkan peranan yang sama. Diantaranya pasti ada satu dan hanya satu kontrdiksi yang memainkan peranannya yang paling menonjol. Kontradiksi ini disebut kontradiksi pokok atau utama. Misalnya, kontradiksi antara rakyat Indonesia (terutama rakyat pekerja) dengan kaum penjajah kolonial sebelum kemerdekaan 45 merupakan kontradisi pokok dalam masyarakat Indonesia pada tahap itu. Arti praktis dari ini adakah bahwa kita harus dapat mengenal kunci persoalan atau kontradiksi pokok ini, maka kontradiksi-kontradiksi lainnya dapat diselesaikan dengan lebih mudah. Tanpa memecahkan kontradiksi antara rakyat Indonesia dengan penguasa kolonial, kita tidak akan dapat menyelesaikan kontradiksi antara kaum petani dengan tuan-tuan feodal, suatu klas yang dipertahankan oleh sistim kolonial.
f) Mutasi
Kontradiksi pokok itu tidak tetap kedudukannya. Dalam keadaan dan syarat tertentu bisa diambil alih oleh kontradiksi yang tadinya bukan pokok. Pergeseran atau pergantian ini disebut mutasi kontradiksi pokok. Misalnya kaum imperialis pernah berusaha agar kontradiksi antar daerah atau suku bermutasi menjadi kontradiksi pokok di Indonesia, hingga bangsa kita dapat dipecah belah dan tetap mereka kuasai. Arti praktisnya ialah, bahwa kita harus mengenal baik keadaan atau syarat-syarat yang dibutuhkan oleh suatu kontradiksi hingga dapat bermutasi menempati kedudukan sebagai kontradiksi pokok. Hanya dengan demikian kita baru dapat mendorong/mempercepat atau sebaliknya mencegah/menghambat terjadinya mutasi itu. Hanya dengan mengetahui dengan jelas dan tepat syarat-syarat yang diperlukan telor ayam untuk mendapat menetas menjadi anak ayam, maka manusia dapat menciptakan mesin penetas.
g) Kedudukan Dua Segi Dalam Suatu Kontradiksi.
Dua segi yang berkontradiksi itu tentu berbeda kualitasnya. diantaranya pasti akan ada yang mewakili kekuatan lama, yang tak mempunyai hari depan, dan segi lainnya mewakili kekuatan baru atau yang sedang tumbuh. Kedudukan mereka dalam proses perkembangan adalah tidak sama pula. Segi lama yang nampak besar dan kuat pada awal perkembangan kontradiksi itu menempati kedudukan yang menguasai dan yang memimpin. Sebaliknya segi yang baru yang semula nampak masih kecil dan lemah, berkedudukan sebagai yang dikuasai dan yang dipimpin. Tapi dalam perkembangan selanjutnya segi baru itu berkembang besar dan makin kuat. sedang segi lama makin lemah dan makin lapuk sehingga suatu saat segi baru yang berkedudukan dipimpin berkembang dan bermutasi menjadi yang memimpin. Ini berarti arah perkembangan kontradiksi itu mengalami perubahan. Kalau tadinya ke kanan misalnya, sekarang ke kiri. Lebih lanjut, segi baru yang tadinya dikuasai sekarang bermutasi ke tempat yang menguasai. Dengan perkataan lain, terjadi perubahan kwalitatip, hal yang lama berubah menjadi yang baru.
Arti praktis dari pengertian itu adalah kita harus selalu berusaha mengenal sebaik-baiknya segi-segi yang berkontradiksi. Baik kualitasnya, maupun kedudukan atau posisinya dalam proses per-kembangannya. Jadi kalau kita mau mengalahkan musuh-musuh rakyat yang tertindas, kita harus mempelajari mendalam mengenai segi-segi dan keadaan musuh dan posisinya, dan dari pihak kita sendiri. Disamping itu, bagi kita yang menginginkan perubahan dan pembebasan, harus selalu berorientasi pada kekuatan-kekuatan yang sedang tumbuh, yang mempunyai hari depan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi perkembangannya, agar kita membantu mempercepat pertumbuhannya.
h) Kesatuannya Relatif, Pertentangannya Mutlak
Apabila kita memperhatikan dua segi dalam suatu kontradiksi maka kita dapat melihat, bahwa dua segi itu sejak dari awal sampai akhir proses perkembangannya selalu bertentangan satu sama lainnya, selalu dalam perjuangan mengenyahkan lawannya tanpa syarat. Artinya pertentangan dua segi itu adalah mutlak, tak peduli dalam keadaan bagaimanapun juga. Kesatuannya bisa terjadi karena kedua segi itu berbeda kualitasnya, dan menempati kedudukan yang berbeda pula dalam kesatuan itu, ada yang menguasai dan ada yang dikuasai. Dan hal ini dikatakan bersifat sementara karena dalam perkembangannya kedua segi itu akan terjadi mutasi, yang semula dikuasai akan menguasai, sehingga terjadi perubahan kualitatif, kesatuan yang lama diganti dengan kesatuan yang baru.
Pengertian ini berarti, sikap kompromi dengan musuh itu relatif sementara (taktis), sedangkan perjuangan melawan musuh itu mutlak (strategis), tetap berlangsung terus, bervariasi dalam bentuk dan bidangnya.
i) Antagonisme
Dalam kontradiksi hal ini mempunyai dua pengertian: pertama, menurut wataknya ada yang antagonistik, misalnya kaum buruh dan kaum kapitalis, buruh tani lawan tuan-tuan feodal, yang langsung berlawanan kepentingannya. Ada pula kontradiksi yang non-antagonistik.
Kedua, menurut bentuknya perjuangan dari kedua segi yang berkontradiksi ada yang bersifat antagonistik dan ada yang non-antagonistik. Yang dimaksud dengan perjuangan yang non-antagonistik itu adalah perjuangan yang terbuka dan dengan kekerasan. Misalnya perjuangan kaum buruh melawan majikan selama masih dalam bentuk pernyataan protes dan berunding di meja perundingan, atau bahkan merupakan pemogokkan dengan tata tertib, masih dapat digolongkan dalam bentuk perjuangan yang antagonistik. Tetapi kalau sudah terjadi pengambil alihan pabrik atau penindas dan dari majikan dengan kekerasan sehingga terjadi perkelahian, maka perjuangan tersebut disebut perjuangan yang antagonistik. Kontradiksi yang menurut wataknya antagonis belum tentu harus sudah mengambil bentuk perjuangan yang antagonistik, dapat jua masih mengambil bentuk perjuangan yang non antagonistik. Misalnya kontradiksi antara rakyat dan musuh-musuh rakyat, menurut wataknya adalah antagonistik. Namun bentuk perjuangannya dalam proses perkembangan masih bisa bersifat non-antagnistik misalnya aksi-aksi reform. jadi tidak mutlak sudah harus angkat senjata atau dengan kekerasan. Semua tergantung pada kondisi dan situasi serta syarat-syarat kongkrit yang ada. Akan tetapi pada tingkat terakhir di tingkat perkembangannya, pada pokoknya secara mutlak mengambil perjuangan antagonistik. Karena tidak ada penguasa yang rela menyerahkan kekuasaannya dengan suka rela, malah mereka akan mempertahankan dengan kekerasan.
Pengertian ini mengingatkan kita supaya kita pada satu pilihan memperkuat persatuan kita dengan kelompok progresif lainnya dengan menciptakan dan mempertahankan syarat-syarat yang diperlukan. Dipihak lain kita harus berusaha supaya musuh terus terpencil dari sekutunya dan memperlemah persatuan mereka.
Disamping itu kita harus melihat dengan cermat, bahwa pada keadaan yang bagaimana kita akan mengambil bentuk perjuangan yang antagonistik atau non-antagonistik dalam menghadapi musuh.
3. Hukum Umum Dialektika ke dua:
a) Perubahan Kuantitatif Ke Perubahan Kualitatif
Hukum umum Dialektika yang kedua ini menyatakan, bahwa proses perkembangan dunia material atau dunia kenyataan objektip terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah perubahan kuantitatif yang berlangsung secara perlahan, berangsur atau evolusioner. Kemudian meningkat ketahap kedua, yaitu perubahan kualitatif yang berlangsung dengan cepat, mendadak dalam bentuk lompatan dari satu keadaan ke keadaan lain, atau revolusioner. Perubahan kuantitatif dan perubahan kualitatif merupakan dua macam bentuk dasar dari segala perubahan. Segala perubahan yang terjadi dalam dunia kenyataan objektif itu kalau bukan dalam bentuk perubahan kuantitatif, maka dalam bentuk kualitatif.
1 Pengertian Tentang Kuantitas
Adalah jumlah dalam arti seluas-luasnya tidak terbatas mengenai ruang (banyak-sedikit, besar-kecil, panjang-pendek, tebal-tipis) dan waktu (lama-sebentar, cepat-lambat) saja tapi juga mengenai pikiran dan perasaan (tinggi-rendahnya kesadaraan politik, kuat-lemahnya keyakinan atau ke-percayaan, dalam-dang-kalnya pengetahuan, besar-kecilnya minat atau pengetahuan) sebagai contoh:
Kuantitas-kuantitas tertentu yang dimiliki seorang juara bulu tangkis, selain kuat keadaan fisiknya, stamina, cepatnya gerak, pengalaman bertanding dan latihan dll. Demikian pula bagi seorang kader revolusioner, selain ketentuan-ketentuan formal dalam konstitusi organisasi, seperti umur dan masa calon anggota, maka yang terpenting lainnya ialah kesadaran klas dan kesadaran politik, yang hal itu terbentuk dari aktivitasnya dalam keterlibatan dalam perjuangan massa rakyat pekerja, dan semangat juangnya yang tinggi. Dari uraian diatas maka dapat dilihat bahwa kuantitas dan kualitas itu tak dapat dipisahkan satu sama lain, kuantitas tertentu membentuk kualitas tertentu pula.
2 Pengertian Tentang Kualitas
Adalah ciri yang membedakan hal yang satu dengan yang lain. Kita dapat membedakan minyak dari air, demikian jua kita dapat membedakan antara kaum buruh dan kaum tani, antara desa dan kota, karena kualitas mereka berbeda satu dan lainnya. Telah dinyatakan, bahwa kuantitas-kuantitas tertentu yang dimiliki oleh sesuatu hal membentuk dan menunjukkan kualitas tertentu dalam sesuatu hal itu. misalnya, antara ormas kaum buruh dan partai politik klas buruh, mempunyai ketentuan susunan intern yang berlainan, antara lain adalah keterikatan para anggota dari organisasi massa kaum buruh itu berdasarkan terutama pada kepentingan sosial ekonominya, sedangkan dalam partai buruh, sangat berdasarkan pada cita-cita politiknya. Ketentuan susunan intern mereka secara praktis dinyatakan selengkapnya dalam anggaran dasar organisasi mereka masing-masing dan aktivitas mereka sehari-hari dalam mewujudkan program mereka masing-masing. Jelas kiranya bahwa kualitas yang mencirikan sesuatu hal itu adalah pernyataan dari ketentuan susunan internnya.
3 Perubahan Kuantitatif
Perubahan kuantitatif seperti telah dikemukakan berlangsung secara perlahan-lahan dan tidak menyolok. selama dalam proses perubahan kuantitatif tersebut, kualitasnya nampak tidak berubah. Keadaan itu disebut kemantapan relatif kualitas.
Keadaan kemantapan relatip kualitas tersebut mempunyai batas tertentu. Bila perubahan kuantitatif melampaui batas itu maka rusaklah kemantapan relatip kualitas itu yang berarti kualitasnya mengalami perubahan. Misal, seceret air dibawah tekanan udara biasa, apabila penambahan suhunya tidak melampaui batas 100 derajat celcius, cirinya sebagai cairan masih dapat dipertahankan, tapi bila perubahan suhu melampaui batas itu, maka kualitas cairan mengalami perubahan menjadi uap. Demikian pula perkembangan rakyat revolusioner bila melampaui batas tertentu, akan menjadi suatu revolusi sosial, hingga kualitas masyarakat lama akan disingkirkan oleh masyarakat baru. Oleh karena itu dalam proses perubahan kuantitatif, kualitas nampaknya tidak mengalami perubahan apa-apa, maka seakan-akan perubahan kuantitatif itu tak ada hubungannya dengan kualitas. Dari uraian singkat diatas kita dapat melihat bahwa perubahan kuantitatif adalah persiapan untuk perubahan kualitatif, atau dengan kata lain, bahwa perubahan kualitatif menyelesaikan atau mengakhiri perubahan kuantitatif yang sedang berlangsung, dan menimbulkan atau melahirkan perubahan-perubahan kuantitatif yang baru.
Hal yang sangat sederhana ini perlu ditandaskan karena ada sebagian orang hanya mau mengakui perubahan kuantitatif saja tetapi tidak mengakui adanya perubahan kualitatif. Mereka berpendapat di dunia ini tak ada perubahan yang melahirkan hal yang baru, karena menurut mereka anak ayam itu sejak semula telah berada di dalam telur hanya saja masih terlalu kecil dan tersembunyi di dalam telur hingga tak dapat kita lihat. Kemudian setelah mengalami perubahan kuantitatif, ia tumbuh semakin besar hingga pada saat ia mampu memecahkan kulit dinding telur yang melindunginya dan menampakkan dirinya di dunia ini. Demikian juga kata mereka, bahwa penindasan dan penghisapan oleh manusia atas manusia sudah ada sejak adanya manusia di bumi ini. Kalau semula penindasan dan penghisapan itu dilakukan dengan cara primitif, sederhana, terbuka dan tidak intensif, tepi setelah mengalami perubahan-perubahan kuantitatif maka penghisapan mengambil bentuk yang terselubung, halus dan makin intensif.
Pandangan metafisik (non-dialektis) semacam ini dapat menyesatkan kita. Dia merupakann basis filosofis kesalahan-kesalahan reformis di dalam bidang politik, hingga membuat orang merasa puas dengan hanya perubahan-perubahan reformis atau perbaikkan tambal sulam rakyat pekerja, tanpa menghendaki adanya pembebasan rakyat pekerja dari penghisapan manusia lainnya, tidak menghendaki adanya perubahan revolusioner untuk mengubah sistim masyarakat penindasan. Sudah tentu pandangan filosofis semacam ini menguntungkan dan dipelukan oleh klas-klas penghisap dalam mempertahankan kekuasaan dan penghisapannya. Padahal, satu abad yang lalu Hegel telah mengemukakan dengan tepat, bahwa peralihan dari alam yang tak berperasaan ke alam berperasaan, dari alam an-organik ke alam kehidupan organik, merupakan lompatan keadaan yang baru sama sekali.
Pernyataan Hegel ini bukanlah spekulatif, melainkan berdasarkan pada hasil-hasil pengembangan ilmu pengetahuan pada waktu itu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial. Masyarakat komune primitif waktu itu belum mengenal penghisapan manusia oleh manusia dan masyarakat penghisapan ini baru lahir setelah komune primitif ini mengalami keruntuhannya, dimana kerja seseorang dengan alat-alat kerja yang relatif lebih maju dapat menghasilkan hasil lebih, sehingga memungkinkan terjadinya penghisapan atas manusia oleh manusia dan melahirkan sistim pemilikan budak.
Dengan memiliki pengertian, bahwa perubahan-perubahan kuantitatif menyiapkan suatu perubahan kualitatif yang revolusioner, maka kita tak akan mudah terjebak oleh teori-teori seperti: kapitalisme kerakyatan, negara kapitalis yang berorientasi sosialis, perkembangan kapitalisme ke sosialisme secara damai, memperjuangkan masyarakat industri yang non-kapitalis dan non-sosialis dan sebagainya, yang dijajakan oleh teoritikus-teoritikus borjuis dan revisionis.
Sebagaimana selalu diingatkan oleh pejuang-pejuang besar revolusi, bahwa klas penghisap yang berkuasa tak akan pernah dengan sukarela menyerahkan kekuasaannya, bahwa rakyat tertindas harus melakukan perjuangan revolusioner untuk membebaskan dirinya.
4 Perubahan Kualitatif
Sebagaimana telah dikemukan sebelumnya bahwa perubahan kualitatif itu terjadi secara mendadak, cepat dalam bentuk lompatan dari satu keadaan ke satu keadaan lainnya. Sedikit mengulangi tentang telur ayam selama dalam proses perubahan kualitatif dalam masa pengeraman, cirinya yang berbentuk telur itu nampak tepat tak berubah, masih tetap bertahan, atau masih dalam kemantapan relatif. Tetapi begitu perubahan kuantitatif melampaui batas relatif kualitasnya, terjadilah perubahan kualitatif dengan mendadak. Perubahan kuantitatif yang berlangsung dalam telur itu segera berhenti atau terputus, kemantapan relatif kualitasnya sebagai telur tak dapat dipertahankan lagi dan lenyap seketika itu juga. Sebagai gantinya muncullah anak ayam yang ciri atau kualitasnya berlainan dengan telur tadi. Demikianlah kita melihat perubahan dari telur ke anak ayam itu merupakan suatu lompatan yang disebut keterputusan kesinambungan. Artinya terputusnya keadaan kesinambungan perubahan kuantitatif atau kemantapan relatif kualitasnya. Mengenai perubahan kualitatif ini, Engels di dalam bukunya “Dialektika alam” mengemukan bahwa “kimia boleh dikatakan ilmu tentang perubahan kualitatif yang terjadi dalam benda sebagai akibat perubahan kuantitatif komposisinya. Contohnya oksigen atau zat asam apabila molekul itu terdiri dari 3 atom dan bukan 2 sebagaimana biasanya maka kita mendapatkan ozon yaitu suatu benda yang dalam hal bau dan reaksi kimianya sangat berlainan dengan zat asam biasa.”
Kelanjutannya, oleh karena perubahan kualitatif itu terjadi secara mendadak, merupakan lompatan dari suatu lompatan keadaan ke keadaan lainnya, atau terputus sama sekali ke-sinambungannya dengan keadaan sebelumnya, maka ada sementara orang mengira bahwa perubahan kualitatif itu terlepas dari perubahan kuantitatif, tak ada hubungan sama sekali dengan kuantitas atau perubahan kuantitatif. Mereka tak mau mengeakui perubahan kuantitatif, dan hanya mengakui perubahan kualitatif saja. Meletusnya gunung krakatau satu abad yang lampau hingga gunung tenggelam ke dasar laut, menurut mereka, merupakan perubahan kualitatif yang mendadak tanpa melalui perubahan kuantitatif. Demikian juga mereka menganggap, misalnya meletusnya revolusi ’45 terjadi secara mendadak dalam momentum yang kebetulan, sama sekali tak ada hubungannya dengan perubahan-perubahan kuantitatif sebelumnya, yang berupa gerakan massa rakyat. Katanya lagi, ibarat meletusnya sebuah petasan, yang hanya dengan menyulut sumbunya saja (maksudnya, cukup dengan agitasi atau menghasut massa rakyat)
Pandangan ini juga suatu jenis metafisik, yang dapat menyesatkan kita dengan melakukan kesalahan-kesalahan avonturis dibidang politik, misalnya kendak menyelesaikan suatu revolusi sosial dengan kudeta militer atau avonturisme militer. Padahal pejuang-pejuang besar revolusi, selalu mengingatkan kita bahwa revolusi adalah urusan dan karya rakyat, merupakan puncak dari perjuangan rakyat untuk membebaskan dirinya. Rakyat pekerja tak akan dapat dibebaskan oleh siapapun, kecuali oleh perjuangan mereka sendiri. Kesadaran politik dan organisasional pada rakyat sangat menentukan sebuah revolusi rakyat.
Telah diketahui, bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam kuantitas dengan sendirinya menimbulkan perubahan juga dalam kualitas. Sebagai contoh, air yang dipanasi sehingga suhunya meningkat, perubahan kuantitatif ini dengan sendirinya menimbulkan perubahan dalam kualitas atau cirinya. Sebagaimana dapat kita saksikan, misalnya gerak molukel makin cepat, daya kohesi antar molukel makin longgar, hingga kita dapat membedakan air panas dan air dingin. Akan tetapi perubahan semacam ini tidak termasuk dalam pengertian perubahan kualitatif.
b) Materialisme Dialektika
Berbarengan dengan cara pandang materialis dan pengetahuan ilmiah bergerak maju dan menjadi penting pada waktu kebangkitan kapitalisme (abad 17 dan 18) Materialisme mengambil bentuk Materialisme mekanis. Yakni, bahwa alam dan masyarakat dilihat sebagai sebuah mesin raksasa dimana bagian-bagiannnya bekerja secara mekanis. Pandangan ini memudahkan orang memahami bagian-bagian dari sesuatu hal dan bagaimana mereka “bekerja”, tetapi hal ini tidak mampu menjelaskan asal-usul dan perkembangan sesuatu hal.
Namun demikian, akibat perkembangan masyarakat yang cepat pada saat itu, perubahan sesuatu hal tidak bisa diabaikan begitu saja. Ilmu Alam pada jamannya Marx dan Engels membuat lompatan besar dalam memahami perkembangan, memahami perubahan dan transformasi dalam tubuh alam. satu contoh kunci soal ini adalah teori Evolusi Darwin, yang memperlihatkan bagaimana bentuk-bentuk kehidupan bergerak, berubah secara kualitatif sepanjang beberapa tahun. Ilmu Alam kemudian mulai menggunakan konsep Dialektika (paling kurag secara implisit), menegaskan kembali perkembangan, kontradiksi dan transformasi dalam memahami materi dan kehidupan. Seperti yang ditulis oleh Engels,
“alam adalah batu uji Dialektika, dan harus dikatakan bahwa ilmu pengetahuan modern sudah melampaui ujian ini dengan bahan-bahan yng sangat kaya dan melimpah, dan dengan demikian memperlihatkan bahwa pada bagian yang menentukan alam bekerja secara Dialektik…” (anti-duhring).
Namun demikian, perubahan dan perkembangan bukan saja konsep yang penting untuk me-mahami alam, tetapi konsep-konsep ini secara sadar bisa diterapkan atas seluruh area kenyataan, khususnya, perkembangan masyarakat. Marx dan Engels mewarisi periode kamajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan dari filsafat Dialektik Hegel (yang secara berat dipengaruhi oleh idelisme) dan merumuskan pandangan Dialektika materislis secara sistematik.
Prinsip Dialektika dijabarkan dari analisa bagaimana dunia sebenarnya berkembang; jadi bukan sekadar jatuh dari pikiran orang. Jadi Dialektika bukanlah skema yang dipaksakan atas kenyataan, tapi ia merupakan seperangkat prinsip-prinsip ilmiah untuk memudahkan orang memahami kompleksitas perubahan dan perkembangan.
Metode Dialektika hanya dapat dipahami dalam pertentangannya dengan cara pandang metafisik. berikut ini diringkaskan ciri-ciri pokok Dialektika dan melawankannya dengan cara pandang metafisik.
1 Inter-Koneksi Atau Saling Hubungan.
Dunia merupakan kesatuan, keseluruhan yang saling berhubngan dimana semua hal saling berkaitan dan bergantung. Sebaliknya, metafisika melihat bahwa dunia sebagai kumpulan hal yang berdikari, independent, terpisah.
Seorang MD dan metafisika, seabagai misal akan mengambil pendekatan yang berbeda dalam memahami seorang individu. Seorang metafisika akan bertanya apa yang dipirkan orang itu, apa aktivitas mereka, bagaimana penampilannya, apa yang mereka sukai dan apa yang tidak disukai, dan seterusnya. tetapi seorang MD akan berusaha memahami orang tersebut dengan memeriksa hubungannya dengan orang lain dan dunia sekitarnya dan memperlihatkan pengalaman orang tersebut sebagai bagian dari keluarga tertentu, klas tertentu, ras dan masyarakat tertentu.
Arti penting pendekatan yang berbeda-beda ini adalah bahwa jika metode MD memudahkan menemukan mengapa sesuatu itu dengan menganalisa konteks darimana mereka muncul dan saling hubungan dengan sesuatu yang lain; sementara itu seorang pendekatan metafisika hanya menjelaskannya pada tingkat menggambarkan sesuatu sebatas dari dirinya sendiri.
2 Materi
Materi selalu dan terus-menerus dalam gerak. Dunia ini ada dalam keadaan gerak dari dia ada, berkembang, berubah dan lenyap. Metafisika memandang bahwa dunia ada dalam keadaan diam, segala sesuatu statik, diam, tetap dan tak berubah.
Jadi MD dan metafisika memiliki pandangan yang berlawanan mengenai kapitalisme yang permanen. Perbedan ini jelas menunjukkan pendirian konsevatif metafisika dan pendirian revolusioner dari Dialektika. Pendekatan metafisika secara implisit mempertahankan bahwa “tak ada sesuatu pun yang berubah di dunia ini” dan “ini adalah dunia yang terbaik dari semua kemungkinan yang ada” dalam pandangannya atas kapitalisme sebagai sistem yang permanen. Ini semua menyatakan bahwa pemilikan pribadi dan persaingan bebas sebagai kebal-nilai (tak dapat dibantah), dan bahwa nilai-nilai ini berasal dari kualitas sifat manusia seperti persaingan, ketamakan dan sebagainya. MD mempunyai pandangan yang panjang dan obyektif atas bentangan sejarah dan mengakui bahwa kapitalisme tidak selalu ada, dan bahwa ia telah mendominasi dunia selama ratusan tahun, dan selanjutnya ia dalam proses digantikan oleh sosialisme. Tidak ada satupun sistem sosial yang permanen, apa yang tetap adalah perkembangan dan transformasi masyarakat secara terus menerus.
3 Kontradiksi
Kontradiksi internallah yang secara mendasar menentukan pertumbuhan dan perkmbangannya. faktor-faktor ekternal dan kekuatan-kekuatan luar meletakkan kondisi material bagi sesuatu hingga ia berkembang, tetapi tidak menentukan watak mendasar sesuatu, dan bukan merupakan penyebab pokok geraknya.
Menegaskan kontradiksi internal sebagai dasar perkembangannya berarti melihat sesuatu sebagai “persatuan dari aspek-aspek yang berlawanan” dimana keduanya saling berlawanan dan bersatu, dan pertarungan adalah sumber dari gerak sesuatu. Jadi kapitalisme terdiri dari kesatuan dari hal-hal yang berlawanan, yakni kaum borjuis dan kelas pekerja. Di bawah kapitalisme, dua klas ini adalah tergantung satu sama lain, yaitu memiliki kepentingan yang berlawanan dan karena itu terlibat dalam perjuangan klas yang terus-menerus. Pertarungan antara klas dalam masyarakat kapitalis ini yang menyebabkan perkembangan dan transformasinya.
Hanya dengan memahami persatuan dan perjuangan dari aspek-aspek internal yang saling berlawanan ini barulah kita bisa paham mengapa sesuatu terus berubah.
Ini akan jadi jelas jika kita kontraskan dengan metafisika yang melihat sesuatu sebagai kesatuan dalam dirinya sendiri dan menjelaskan terjadinya perubahan sebagai akibat faktor-faktor luar. Misalnya, kaum borjuis menggunakan metafisika untuk menjelaskan revolusi di dunia tertindas sebagai akibat “Iblis kekaisaran Soviet”, atau akibat campur tangan luar komunis subversif. Tentu saja, ini adalah penolakan menyeluruh atas kontradiksi internal dalam masyarakat-masyarakat tersebut yang menyebabkan revolusi.
4 Kuantitas ke dalam kualitas
Sesuatu (barang atau peristiwa) berkembang melalui perubahan secara kuantitatif yang pada umumnya bertahap dan secara halus; dan secara kualitatif berubah secara sekonyong-konyong yang merubah menjadi sesuatu yang baru. Perubahan kualitatif merupakan hasil akumulasi/penumpukkan perubahan kuantitatif dan membawa perkembangan progresif dari sesuatu yang lama/tua menjadi baru, dan dari sederhana menjadi kompleks.
Metafisika, pada tingkat tertentu mengakui perubahan, hanya melihat perubahan kuantitatif dimana sesuatu tumbuh menjadi lebih besar, lebih kecil, lebih kuat, lebih lemah dsb, dan masa lalu mengulangi dirinya sendiri. pandangan metafisika menolak perubahan kualitatif yang merubah sesuatu dan mendorong maju menjadi sesuatu yang baru.
Perubahan Dialektik yang bergerak dari kuantitas ke kualitas niscaya terjadi dalam banyak bidang. Esai Stalin menyebutkan hal ini, termasuk contoh yang menyolok mata adalah evolusi. melewati adaptasi dan perkembangan selama ratusan tahun, spesies awal berubah secara kualitatif menjadi spesies baru, homo sapiens atau manusia. Dalam kehidupan sehari-hari dari perubahan kuantitas ke kualitas, contohnya adalah bagaimana air, secara bertahap berubah menjadi lebih panas atau lebih dingin (perubahan kuantitas) berubah menjadi uap atau es (berubahan secara kualitas).
Dan dalam soal masyarakat juga terdapat jurang perbedaan yang memisahkan pandanagan metafisika yang konservatif dengan pandanagn Dialektika yang revolusioner mengenai bagaimana dunia berubah. Sudah tentu, dalam dunia sosial perubahan terjadi tidak secara otomatis sifatnya, sebagaimana terjadi dalam alam. Perubahan sosial disebabkan oleh rakyat melalui aksi dan saling aksi. Jadi, pandangan rakyat yang menentukan apa jenis perubahan dan bagaimana dilakukan, dibentuk oleh kondisi sosial mereka dan kedudukan klasnya.
Cara pandang metafisika klas berkuasa perubahan revolusioner dan kualitatif dalam perubahan masyarakat dan berpendirian bahwa perubahan secara bertahap, gradual, perubahan kuantitaif lah yang diperlukan untuk mengembangkan dan menyempurnakan masyarakat kapitalis sekarang ini.
Pandangan MD dari klas pekerja, dipihak lain, memandang perubahan kualitatif, revolusioner sebagai puncak perjuangan untuk mengembangkan medan memajukan masyarakat. Kehendak revolusi bukan untuk menyempurnakan kapitalisme, melainkan untuk menggantikannya dengan sosialisme.
MD (16)
Relevansi pertarungan antara Dilektika dan Metafisika dengan Perjuangan kelas.
Contoh-contoh sebelumnya sudah mnggambarkan bagaimana pandangan metafisika atas masyarakat mewakili kepentingan kaum borjuis. Hal ini tidak mengejutkan karena keinginannya (dan juga klas-klas berkuasa sebelumnya) untuk mamamerkan kepentingan klasnya sebagai permanen dan tak berubah. Klas borjuis tak pernah henti-hentinya menganjurkan cara berpikir metafisika kepada klas pekerja, sebagai usaha untuk membuktikan bahwa sistem kapitalis berharga dan permanen dan menyingkirkan adanya pertentangan klas.
Cara berpikir metafisika juga menyusup ke dalam gerakan revolusioner sendiri, dalam bentuk pikiran yang menganjurkan jalan damai, reformis dan evolusioner dari kapitalisme ke sosialisme. Mereka ini gagal dan tidak mengakui bahwa revolusi sosialis sebagai perubahan kualitatif bagi masyarakat kapitalis.
Bagi kelas pekerja, Dialektika merupakan alat penting untukmemahami mengapa dunia seperti sekarang ini, menganlisanya bagaimana ia berubah dan mengerti bagaimana rakyat yang sadar bisa merubahnya.
C. KESIMPULAN
Sebelum pendirian MD oleh Marx, bentuk materialis yang ada adalah pandangan yang mekanis, non-Dialektika, dan Hegel, seorang Dialektikus, menganjurkan versi idealis dari Dialektika. Kaum filsuf tidak mampu mengembangkan materislisme yang konsisiten dan meneyeluruh karena pada analisa akhir, mereka menerima pandangan borjuis yang ada. Mereka tidak sudi melihat secara lengkap, termasuk privelese klas, hak milik perorangan dan ketimpangan sosial sebagai faktor bagi perubahan sosial.
Marx dan Engels akhirnya berhasil mengembangkan sintesis Materialisme dan Dialektika sebab mereka mendasarkan filsafatnya pada aspirasi revolusioner dan cara pandang klas pekerja. kelas pekerja memiliki kepentingan dalam memahami masyarakat sebagaimana adanya “tanpa terkecuali” dan sebuah klas untuk perubahan, termasuk perubahan revolusioner, dapat menjadi kekuatan pembebas.
MD adalah filsafat revolusioner klas pekerja. Ia memberikan arah umum bagi dunia dan peranan manusia dan menyediakan seperangkat prinsip-prinsip ilmiah untuk menjawab masalah-masalah politik dan parktis; namun demikian ia menyediakan kerangka yang pasti untuk memperoleh jawaban. Juga MD merupakan dasar-dasar dari semua teori Marxis dan pandangan khusus terhadap sejarah, ekonomi dan politik.
Studi kita yang singkat sudah meletakkan garis besar MD, arti petingnya filsafat Marxis dalam memahami dunia, perjuangan klas dan kerja politik dimana kita terlibat. Untuk bisa paham sepenuhnya sudah tentu harus dilanjutkan dalam proses yang akan terus berjalan, dan mendalaminya dalam studi dan praktek.
sumber : http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/04/
.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
al hamdu lillah