BUATLAH APA YANG BELUM DIFIKIRKAN ORANG LAIN,BERHENTI TIADA TEMPAT BAGIMU, LAMBAT BER ARTI MATI, KARENA ENGKAU AKAN TER INJAK INJAK OLEH MASA
ASSALAMU ALAIKUM
Senin, 01 Oktober 2012
1. KONSEPSI IMAN KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA
1.1. Cara Mengenal Tuhan
Pertanyaan terbesar yang mengganggu para filosof dari sejak awal sejarah
peradaban manusia, dan jawabannya belum dapat memuaskan bagi sebagian
mereka adalah pertanyaan mendasar tentang: dari mana asal kita? Dan akan
kemana kita pergi?
Dari sejak permulaan zaman batu tua (paleolithicum) manusia telah memuja
patung-patung batu (totem) sebagai manifestasi dari rasa kebutuhannya akan
sesuatu yang bersifat super dan berada di luar dirinya. Sejarah kemanusiaan telah
mencatat perkembangan proses mencari Tuhan ini dari sejak animisme dengan
penyembahan terhadap berhala. Lalu dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap
benda-benda yang memiliki kekuatan magis, sampai kepada kepercayaan kepada
agama samawi.
Terdapat berbagai cara yang dilakukan manusia untuk mengenal Tuhan. Secara
umum dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, sebagai berikut:
a. Cara yang dilakukan oleh kebanyakan orang yang tidak beriman kepada
Tuhan, dan adanya pembalasan amal. Mereka berusaha mencari jawaban
tentang keberadaan Tuhan melalui panca indera dan hawa nafsunya.
Akibatnya ketika Tuhan tersebut tidak dapat mereka lihat, tidak dapat
didengar, tidak dapat diraba, tidak dapat dirasa, dan tidak dapat dicium,
maka mereka berkesimpulan bahwa Tuhan itu tidak ada, atau paling tidak
mereka menerima keberadaan Tuhan dengan dihantui oleh keraguan yang
besar. (Q.S. 24:50).
b. Cara kedua adalah cara Islam dalam mengenal Tuhan YME, yaitu dengan
meneliti dan mentafakkuri alam semesta beserta segala keindahan,
kerapihan dan kedahsyatannya. (Q.S. 41:53, 3:190). Lalu
menggabungkannya dengan isyarat-isyarat yang ada dalam Al Qur’an (Q.S.
95:1-5). Apakah mungkin alam yang demikian rapih, indah, dan luar biasa
ini dapat terjadi secara kebetulan, tentu merupakan sesuatu yang tidak
mungkin? Sehingga ia sampai kepada sikap membenarkan tentang adanya
sang Maha Pencipta dan Maha Pengatur (Q.S 3:191). Maka ia menjadi
seorang yang mengenal Tuhan YME dan beriman secara benar.
Mungkinkah kita dapat melihat Tuhan di dunia ini? Tuhan sangat mengetahui rasa
penasaran hamba-Nya ini, sehingga Dia menceritakan di dalam Al Qur’an tentang
seorang hamba yang dikasihi-Nya (Musa as) yang juga pernah bertanya demikian.
Dengan halus Tuhan telah membuat hamba-Nya (Musa as) sadar atas dirinya yang
begitu lemah untuk sanggup melihat Sang Maha Pencipta (Q.S. 7:143).
Dalam Dalil Logika Statistika, sebagian ilmuwan yang atheis telah membuat suatu
premis bahwa alam ini semuanya tercipta secara kebetulan. Pendapat mereka
berdasarkan pada teori big bang tentang asal mula alam, dan teori Stanley Miller
tentang asal mula kehidupan. Untuk meruntuhkan pijakan mereka dapat
diketengahkan teori propalistic dalam statistika berikut: jika dimisalkan bahwa
secara berturut-turut A adalah penciptaan nebula (kabut cikal bakal galaksi). B
adalah penciptaan nebula menjadi milyaran galaksi (kumpulan bermilyar bintang).
C adalah berpisahnya milyaran galaksi tersebut menjadi berkelompok-kelompok.
D adalah terjadinya sistem Tata Surya didalam galaksi Bima Sakti (milky way). E
terpilihnya bumi sebagai planet yang cocok untuk kehidupan. F adalah terciptanya
tumbuh-tumbuhan. G adalah terdiferensiasinya tumbuhan tersebut menjadi jutaan
jenis yang berbeda-beda, dan seterusnya. Jika diasumsikan bahwa A,B,C,D,E,F,G,
dan seterusnya adalah semuanya itu terjadi secara kebetulan. Sementara
A,B,C,D,E,F,G, dan seterusnya (aksen) adalah kesemuanya itu diciptakan oleh
Tuhan YME maka peluangnya dapat dihitung sebagai berikut:
P(A) = 0,5 = P(A)
P(B:A) = 0,5 = P(B:A)
Maka P(B) = P(A) x P(B:A) = 0,5 x 0,5 = 0,25
P(C:B) = 0,5 = P(C:B)
Maka P(C) = P(B) x P(C:B) = 0,25 x 0,25 = 0,125
P(D:C) = 0,5 = P(D:C)
Maka P(D) = P(C) x P(D:C) = 0,125 x 0,125 = 0,015625
Demikian seterusnya, sehingga jika ada 100 tingkat kebetulan maka peluangnya
menjadi = 0,5 x 10100. Sementara dialam semesta ini, banyaknya keteraturan yang
terjadi melebihi dari sejuta tingkatan, maka peluang bahwa kejadian tersebut
merupakan sebuah kebetulan adalah 0,5 x 101000000 = 0, artinya mustahil. Sehingga
kesimpulannya, semua keteraturan menunjukkan adanya Tuhan YME sebagai
yang menciptakan (al-Khalik) dan sekaligus senantiasa mengatur ciptaannya
setiap waktu (al-Qayyum).
1.2. Mencintai Tuhan YME
Keyakinan akan keberadaan Tuhan YME menuntut kita untuk menaati semua
perintah dan menjauhi semau larangan-Nya. Kesemuanya itu tidak akan tercapai
dengan baik, jika tanpa didasari oleh cinta yang mendalam kepada-Nya.
Dalam Islam, cinta dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu cinta yang
berpahala (syar’i) dan menghasilkan iman (Q.S 3:15) dan cinta yang tidak syar’i
dan menghasilkan syahwat (Q.S. 3:14).
Tanda-tanda seorang yang mencitai Tuhan YME adalah:
a. Banyak mengingat-Nya (Q.S. 8:2). Seorang yang mencintai sesuatu, ia
akan banyak mengingatnya. Kepada siapa cinta tertinggi seseorang
diberikan, dapat dilihat melalui kepada siapa ia paling banyak mengingat.
Bagi seorang yang beragama, maka cinta tertingginya harus diberikan
kepada Tuhan YME.
b. Terpesona (Q.S. 1:1). Cinta dapat tumbuh jika seseorang merasa terpesona
akan keindahan makhluk ciptaan Tuhan YME, kagum akan ketelitian dan
kesempurnaan yang ada pada setiap makhluk yang diciptakan-Nya. Tidak
seorangpun dapat meniru ciptaan-Nya sebagai yang diciptakan-Nya.
Keterpesonaan tersebut akan melahirkan kekaguman kepada Sang Maha
Pencipta, dan kerinduan untuk bertemu dengan Nya suatu saat nanti.
c. Rela ; Ridha (Q.S. 9:62). Seorang yang mencintai sesuatu, ia akan rela
menuruti kehendak sesuatu yang dicintainya, dan rela untuk meninggalkan
apa yang dibenci oleh yang dicintainya. Demikianlah seseorang yang
mencintai Tuhan YME tidak akan merasa berat melaksanakan perintah dan
meninggalkan larangan-Nya. Bahkan, semua itu akan dilaksanakannya
dengan ringan dan hati yang senang.
d. Berkorban (Q.S. 2:207). Tuntutan lainnya dari cinta adalah pengorbanan.
Untuk mencari sesuap nasi maka seseorang sanggup bekerja siang dan
malam memeras keringat membanting tulang selama bertahun - tahun. Ini
adalah sebuah pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat fana
(akan hancur), apalagi jika ingin mendapatkan sebuah kebahagiaan hakiki
yang bersifat kekal abadi.
e. Takut (Q.S. 21:90). Rasa takut yang muncul karena seseorang merasa
khawatir ditinggalkan oleh sesuatu yang dicintainya adalah bukti cintanya
kepada sesuatu tersebut. Hal yang dibenci Tuhan YME maka ia pun
menjaga perbuatannya dari hal yang dibenci-Nya. Rasa takut ini akan
mengalahkan rasa takut atas selain-Nya dalam jiwa orang tersebut.
f. Penuh harap (Q.S. 21:90). Salah satu bukti cinta yang lain adalah harapan
yang besar kepada yang dicintainya. Seseorang yang mencintai Tuhan
YME akan menaruh harapan yang besar kepada-Nya, untuk menerima
amal perbuatan baiknya, mengampuni segala dosa-dosanya, dan
memasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang dicintai-Nya.
g. Patuh dan Taat (Q.S. 4:80). Harapan yang benar bukanlah harapan
seseorang yang hidup dalam maksiat kepada Tuhan YME, lalu berharap
pada Tuhan YME akan mengampuninya. Sama saja seorang suami yang
mencintai istrinya, tetapi ia selalu menyakiti istrinya. Jadi ia adalah
seorang yang dusta cintanya. Bukti cinta yang benar adalah kepatuhan
kepada keinginan orang yang dicintainya.
1.3. Peringkat dan Konsekuensi Cinta
Cinta termasuk urusan akidah dalam Islam, maka Islam memberikan aturan yang
harus dipatuhi dalam cinta mencintai. Seorang yang salah menempatkan prioritas
cintanya akan termasuk ke dalam syirik (menyekutukan–Nya) yang merupakan
dosa terbesar dan tidak terampuni.
Urutan cinta:
a. Cinta tertinggi adalah cinta yang disebut cinta menghamba. Cinta ini
dalam Islam hanyalah diberikan kepada Tuhan YME dan tidak boleh
diarahkan kepada selain-Nya. Mengapa? Karena cinta jenis ini akan
melahirkan penghambaan dan perbudakan. Kata-kata ”hidup matiku hanya
untukmu” menunjukkan cinta jenis ini. Jadi, cinta jenis ini hanya ditujukan
kepada Tuhan YME.
b. Peringkat kedua adalah cinta kepada Nabi Muhammad saw dan Islam.
Cinta yang mesra kepada Rasul saw dan Islam ini akan menghasilkan
sikap mengikuti dan meneladani Rasul saw dalam segala aspek kehidupan.
c. Peringkat ketiga adalah cinta kepada orang-orang beriman dan bertakwa.
Cinta jenis ini akan melahirkan sikap menolong dan mengutamakan
sehingga cinta kepada orang-orang yang bertakwa lebih dari cintanya
kepada dirinya maupun keluarganya.
d. Peringkat keempat berupa perhatian mendalam kepada sesama muslim
sehingga melahirkan persaudaraan Islam.
e. Peringkat kelima berbentuk rasa simpati kepada umat manusia secara
umum. Cinta ini diwujudkan dalam bentuk, mengajak kepada kebenaran
dan kebaikan.
f. Cinta peringkat terakhir hanyalah berbentuk lintasan-lintasan dalam
pikiran dan tidak sampai masuk ke dalam hati. Cinta jenis ini harus
diarahkan kepada materi, yaitu semata-mata dimanfaatkan demi
kepentingan umat manusia.
Konsekuensi cinta
Seseorang yang benar-benar mencintai Tuhan YME akan mencintai apa-apa dan
siapa-siapa yang dicintai-Nya. Hal ini akan melahirkan loyalitas mutlak (al
walaa’) dan membenci apa-apa, siapa-siapa yang dibenci oleh-Nya hal ini akan
melahirkan pemutusan hubungan (al baraa’) terhadap semua yang dibenci-Nya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
al hamdu lillah