PEMBELAJARAN EKSPERIENSIAL
Mengacu pada gambar di atas, pada dasarnya pembelajaran eksperiensial ini sederhana dimulai dengan melakukan (do), refleksikan (refelct) dan kemudian terapkan (apply). Jika dielaborasi lagi maka akan teridiri dari lima langkah, yaitu mulai dari proses mengalami (experience), bagi (share), “dirasa-rasa” atau analisis pengalaman tersebut (proccess), ambil hikmah atau simpulkan (generalize), dan terapkan (apply). Begitu seterusnya kembali ke fase pertama, alami. Siklus ini sebenarnya never ending.
Konsepnya seperti diatas. Tapi, saya dan Anda belum akan memperoleh gambaran yang jelas sebelum melihat contoh penerapan praktisnya seperti apa, bukan begitu? Nah, mari kita lihat contoh praktisnya, jika model tersebut diterapkan dalam suatu pelatihan tertentu. hmmmmmmm, apa ya? Let, say pelatihan tenis meja. maklum saya hobinya tenis meja. Misalnya, teknik “service” efektif.
Pra Pembelajaran : Pikirkan satu hal yang Anda anggap menantang. Misalnya salah satu trik service yang dapat mengecoh lawan. Mulai pembelajaran/pelatihan dengan mengungkapkan suatu hal tentang pentingnya service sebagai langkah awal kemenangan dalam bermain tenis meja.
Langkah #1: Experience
Apa yang dimaksud dengan experience? Biarkan peserta didik kita mengalami dengan melakukan hal tertentu (perform and do it!). Dalam kasus ini adalah melakukan trik service yg mengecoh lawan tersebut. Sebagai langkah awal, peserta didik diberikan serve yg mengecoh tersebut oleh kita. Biar dia merasakan/mengalami kesulitan dalam menerima serve tersebut. Kemudian, ia diminta untuk melakukan hal yang sama, memberikan serve dan teman yg lain menjadi penerima serve. Proses ini, dilakukan selama jangka waktu tertentu yang menurut Anda dirasa cukup.
Langkah #2: Share (berbagi rasa/pengalaman)
Setelah semua peserta didik mencoba melakukan trik serve tersebut secara bergantian. Maka, langkah selanjutnya adalah melakukan proses sharing alias berbagi rasa. Semua peserta didik diminta untuk mengemukakan apa yang dia rasakan baik dari sisi “timing” serve, teknik melempar bola, memukul bola, posisi bola, posisi tangan, posisi berdiri dan lain-lain. Semua hal tersebut diungkapkan secara terbuka, rileks, dengan gaya masing-masing.
Langkah #3: Process (analisis pengalaman)
Tahap ini adalah tindak lanjut dari tahap kedua yaitu proses menganalisis berbagai hal terkait dengan apa, mengapa, bagaimana trik serve tersebut dilakukan termasuk bagaimana mengatasinya. Hal ini dilakukan dengan cara diskusi terbuka dan demonstrasi. Bila perlu rekan yang satu dengan yang lain saling mengoreksi dan memberikan masukan, termasuk mendemonstrasikan cara yang menurutnya lebih baik. Instruktur/guru bisa ikut serta meluruskan cara yang lebih tepat.
Langkah #4: Generalize (menghubungkan pengalaman dengan situasi senyatanya)
Langkah selanjutnya adalah menyimpulkan hasil analisis tersebut. Kesimpulan bersama, mungkin telah dihasilkan secara teoretis dari hasil analisis diatas. Namun, belum tentu hal tersebut dapat menyatu atau terintegrasi secara utuh dalam praktek senyatanya. Oleh karena itu, untuk pembuktian generalisasi dari hasil tersebut perlu dilakukan dengan pengulangan penerapan dalam situasi yang nyata. Maka, triks tersebut dicobakan kembali, sebelum beranjak ke triks yang sama tapi levelnya lebih tinggi lagi (lihat langkah 5)
Langkah #5: Apply (penerapan terhadap situasi yang serupa atau level lebih tinggi)
Langkah terakhir, adalah sama dengan langkah 4, namun dalam hal ini level penguasaan ditingkatkan ke hal baru yang lebih tinggi. Hal baru ini, akan menjadi bahan menuju langkah experiential learning ini mulai dari tahap experience-share-process-generalize-apply dan kembali lagi ke siklus awal. Begitu seterusnya.
Itulah contoh penerapan experiential learning. Tentunya perlu diawali dengan sesuatu yang dianggap emnantang bagi peserta didik. Pertanyaan berikut adalah, apakah proses yang sama bisa dilakukan untuk mengajarkan suatu konsep dan sikap, bukan keterampilan? Jawabnya sangat bisa! Intinya adalah biarkan dulu mereka mengalami, merefleksikan dan memaknai apa yang telah mereka pelajari. Kalo dalam konsep quantum teaching, dePorter dkk mengistilahkannya dengan TANDUR (Tumuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan). Untuk pengembangan sikap (soft skills), experiential learning biasi diterapkan dalam aktifitas outbound.
http://fakultasluarkampus.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
al hamdu lillah