I. KONSEP PENDIDIKAN IBN MISKAWAIH
A. Sekilas Tentang Riwayat Hidup Ibn Miskawaih
Nama lengkap beliau adalah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’kub Ibn Miskawaih. Ia lahir pada tahun 320 H/932 M. di Rayy, dan meninggal di Isfahan pada tanggal 9 shoffar tahun 412 H/16 februari 1030 M. Ia hidup pada masa pemerintahan dinasti Buaihi (320-450 H/932-1062 M) yang sebagian besar pemukanya bermadzhab Syi’ah.
B. Konsep Pendidikan Ibn Miskawaih
Pada dasarnya untuk memahami pemikiran Ibn Miskawaih tentunya tidak bisa dilepaskan dari konsepnya tentang manusia dan akhlaq. Berikut uraianya :
1. Konsep Manusia
Ibnu Maskawaih memandang bahwa manusia sebagai makhluq yang memiliki macam-macam daya. Yaitu :
a. Daya nafsu (Sebagai daya terendah yang berasal dari unsur materi)
b. Daya berani (Sebagai daya tengah yang juga berasal dari unsur materi )
c. Daya berpikir (Sebagai daya tertinggi yang berasal dari ruh Tuhan)
Dari beberapa pembagian tentang manusia tersebut, ibn Miskawaih mempunyai pandangan bahwa daya nafsu dan daya berani akan hacur bersama badan, akan tetapi daya berpikir tidak akan pernah mengalami kehancuran.
2. Konsep Akhlaq
Konsep akhlaq yang di tawarakan oleh Ibn Miskawaih lebih di dasarkan pada doktrik jalan tengah. Dengan pengertian bahwa jalan tengah adalah dengan keseimbangan, moderat, harmoni, utama, atau posisi tengah diantara dua ekstrem. Akan tetapi Ibn Miskawaih lebih menitik beratkan pada posisi tengah antara ekstrem kelebihan dan ekstreem kekurangan masing-msing jiwa manusia. Dari keterangan diatas dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa ibn Miskawaih lebih memberi tekanan pada pribadi.
Menurut Ibn Miskawaih, jiwa manusia di bagi menjadi menjdi tiga, yakni :
a. al-bahimiyyah, yaitu menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat
b. al-ghadabiyah, yaitu kebernian yang diperhitungkan dengan masak untung ruginya.
c. an-nathiqah. Yaitu kebijaksanaan.
Ibn Miskawaih menegaskan bahwa setiap keutamaan memiliki dua sisi yang ekstreem. Yang tengah bersifat terpuji dan yang ekstrem bersifat tercela.
3. Konsep Pendidikan
3.1. Tujuan Pendidikan Akhlaq
Adapun tujuan pendidikan akhlaq adalah terwujudya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan perbuatan yang baik. Sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan sejati.
3.2. Materi Pendidikan Akhlaq
Untuk mencapai tujuan yang di rumuskan oleh ibn maskawaih tentunya ada beberapa hal yang perlu dipelajari dan dipraktekkan. Sejalan dengan pemikiran tersebut, Ibn maskawaih menyebutkan tiga pokok yang dapat dipahami sebagai meteri pendidikan akhlaqnya, yakni :
a. Hal-hal yang wajib bagi kebutuhan manusia
b. Hal-hal yang wajib bagi jiwa
c. Hal-hal yang wajib bagi hubunganya dengan manusia.
3.3. Pendidik dan Anak Didik
Keberadaan pendidik (Guru) merupakan instrumen yang sangat penting, begitupun keberadaan anak didik. Keduanya dapat menciptakan sinergitas untuk membangun pendidikan. Akan tetapi, Ibn Maskawaih juga menerangkan bahwa keberadaan orang tua merupakan bagian dari instrumen pendidikan yang penting pula.
Terkait dengan pendidik, Ibn Maskawaih menempatkan posisi yang tinggi itu adalah guru yang berderjat mu’allim al-misal, al-hakim, atau al-mu’allim al-hikmat.
3.4. Lingkungan Pendidikan
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, Ibn Maskawaih Berpendapat bahwa usaha untuk mencapai kebahagiaan tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus bersama atas dasar saling menolong dan saling melengkapi. Maka, sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kondisi yang baik diuar dirinya, yakni lingkungan. Karena lingkungan yang baik akan turut serta dalam menentukan proses pendidikan.
3.5. Metodologi Pendidikan
Dalam hal ini Ibn Maskawaih lebih menitik beratkan pada metodologi perbaikan akhlaq. Seperti beberapa metode yang di ajukan oleh Ibn Maskawaih dalam mencpai akhlaq yang baik, yaitu :
a. Adanya kemauan yang bersungguh-sungguh untuk berlatih terus menerus dan menahan diri untuk memperoleh keutamaan dan kesopanan yang sebenarnya sesuai dengan keutamaan jiwa.
b. Dengan menjadikan semua pengetahuan dan pengalaman orang lain sebagai cermin bagi dirinya. Tentunya pengetahuan dan pengalaman yang baik.
II. KONSEP PENDIDIKAN AL-QABISI
A. Sekilas tentang riwayat Al-Qabisi
Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali bin Muhammad Khalaf al-ma’rifi al-Qabisi. Ia lahir di Kairawan, Tunisia, pada bulan rojab, tahun 224 H. Bertepatan dengan 13 mei tahun 936M. Ia pernah merantau ke beberapa negara timur tengah pada tahun 553 H/963 M. Selama 5 tahun, kemudian kembali ke negeri asalya dan meninggal dunia pada tanggal 3 rabi’ul awal 403 H.
B. Konsep Pendidikan Al-Qabisi
Selain ahli dalam bidang hadits dan fiqh, Al-Qabisi juga di kenal ahli dalam pendidikan. Hal ini dapat diketahui mealui beberapa pemikiranya dibawah ini :
1. Pendidikan Anak-anak
Al-Qabisi memiiki perhatian yang besar terhdap pendidikan anak-anak yang berlangsung di kutab-kutab. Menurut beliau mendidik anak-anak merupakan upaya yang amat setrategis dalam rangka menjaga kelangsungan bangsa dan negara. Adapun instrumen penting dalam mendidik anak adalah guru yang tidak hanya menguasai berbagai materi pelajaran dan cara penyampaian, lebih dari itu juga di barengi dengan budi pekerti yang mulia dan mempunyai teladan baik
2. Tujuan Pendidikan
Adapun tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Al-Qabisi adalah pendidikan mampu untuk menumbuh kembangkan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang benar serta mampu untuk membekali anak dengan kertampilan dan keahlian yang nantinya dapat mendukung kemampuan dalam mencari nafkah.
3. Kurikulum
Dilihat dari sisi pelaran (kurikulum) yang di ajarkan kepada anak didik, Al-Qabisi membagi kuurikulum kedalam dua bagian, dengan uraian sebagai berikut :
3.1. Kurikulum Ijbari
Kurikulum ijbari secara harfiah berarti kurikulum yang merupakan keharusan bagi setiap anak. Kurikulum ini terdiri dari kandungan ayat-ayat Al-Qur’an seperti sembahyang dan do’a - do’a, ditambah dengan penguasaan terhadap ilmu nahwu dan bahasa arab yang keduanya mrupakan persyaratan mutlak untuk memantabkan bacaan Al-Qur’an, tulisan dan hafalan Al-Qur’an.
3.2. Kurikulum Ihtiyari
Kurikulum ini berisi ilmu hitung dan seluruh ilmu nahwu, bahasa arab, syair, kisah-kisah masyarakat Arab, sejarah islam, ilmu nahwu dan bahasa arab lengkap.
Dalam kurikulum ini, Al-Qabisi lebih menekankan pada materi tentang ketrampilan yang dapat menghasilkan produksi kerja dan mampu membiayai hidupnya dimasa yang akan datang.
4. Metode dan Tehnik Belajar
Selain membicarakan tentang kurikulum, Al-Qabisi juga berbicara tentang metode dan tehnik mempelajari mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Misalnya tentang metode menghafal Al-Qur’an, menurut beliau menghfal dan menulis Al-Qur’an ditetapkan atas pemilihan waktu yang terbaik yaitu pada waktu pagi-pagi selama seminggu terus menerus dan bari istirahat sejak waktu setelah dhuhur hari kamis sampai hari jum’at. Kemudian belajar lagi pada hari sabtu pagi hingga minggu berikutnya. Dan Al-Qabisi juga sangat detail dalam memperhatikan waktu.
5. Percampuran Belajar Antara Murid Laki-laki dan Perempuan
Percampuran belajar antara laki-laki dan perempuan juga menjadi perhatian Al-Qabisi. Beliau tidak setuju jika ada percampuran karena tidak baik bagi anak-anak. Jika ditelisik secara seksama, anak remaja yang mengalami fase puberts masih belum memliki ketenangan jiwa dan dihawatirkan adanya kerusakan pada moral.
6. Demokrasi dalam pendidikan
Dalam hal ini Al-Qabisi mempunyai pandangan bahwa anak-anak yang masuk dalam kuttab tidak ada perbedaan derajat atau martabat. Baginya, pendidikan adalah hak setiap orang tanpa menutup pengecualian
Untuk mendukung terlaksananya demokrasi, Al-Qabisi menganjurkan agar orang-orang Islam yang berkemampuan material hendaknya mau membantu biaya pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu.
III. KONSEP PENDIDIKAN AL-MAWARDI
A. Sekilas Tentang Riwayat Hidup Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan Ali Ibn Muhammd Ibn Habib Al-Basyri. Ia dilahirkan di Basyrah pda tahun 364 H. Bertepatan dengan tahun 974 M. Beliau wafat di Baghdad pada tahun 450 H / 1058 M.
B. Pemikiran Al-Mawardi dalam Bidang Pendidikan
Pemikiran Al-Mawardi dalam bidang pendidikan sebagian besar terkonsentrasikan pada masalah etika hubungan antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar. Dalam pandangan Al-Mawardi, seorang guru yang memiliki sikap tawadlu (rendah hati) serta menjauhi sikap ujub (besar kepala).
Selanjutnya, selain sikap tawadlu juga harus bersikap ihlas serta mencintai tugas-tugasnya sebagai seoang guru. Al-Mawardi juga melarang seorang mengajar dan mendidik atas dasar motif ekonmi. Dalam pandanganya, menajar dan mendidik merupakan aktifitas keilmuan dan tidak dapat disejajarkan dengan materi.
Dalam hal ikhlas, sorang guru diharapkan untuk dapat melaksanakan tugsnya dengan profesional. Hal ini ditandai oleh beberapa sikap sebagai berikut :
1. Selalu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan gna mendukung pelaksanaan proses belajar mengjajar.
2. Disiplin terhadap peraturan waktu
3. Penggunaan waktu luang akan diarahkan untuk kepentingan profesionalnya.
4. Ketekunan dan keuletan dalam menjalankan tugasnya.
5. Memiliki daya kreasi dan inofsi yang tinggi.
IV. KONSEP PENDIDIKAN IBN SINA
A. Sekilas Tentang Riwayat Hidup Ibn Sina
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husayn Ibn Abdullah. Beliau lahir pada tahun 370 H / 980 M di Afshana, suatu daerah yang terletak di dekat Bukhara, dikawasan asia tengah. Ayahnya bernama Abdullah dari Balkh, Suatu kota termasyhur dikalangan orang-orang Yunani.
B. Konsep Pendidikan Ibn Sina
Pemikiran Ibn Sina dalam hal pendidikan antara lain berkenan dengan tujuan pendidikan, kurikulum, metode pengajaran, guru dan pelaksanaan hukuman dalam pendidikan.
1. Tujuan Pendidikan
Menurut ibn Sina, tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang kearah perkembanganya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu, pendidikan harus mampu untuk mempersiapkan seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.
Khusus mengenahi pendidikan yang bersifat jasmani, hendaknya pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya seperti olahraga, makan, minum, tidur dan menjaga kebersihan.
Tampaknya, sekilas tentang tujuan pendidikan yang dikemukkan oleh ibn Sina didasarkan pada pandangan tentang insan kamil (manusia sempurna). Yaitu manusia yang terbina seluruh potensi dirinya secara seimbang dan menyeluruh.
2. Kurikulum
Konsep Kurikulum yang dibangun oleh Ibn Sina didasarkan pada perkembangan usia anak didik. Misalnya untuk usia 3 sampai 5 tahun diberikan mata pelajaran olahraga, budi pekerti, kebersihan, seni suara dan kesenian.
Selanjutnya, kurikulum untuk anak usia 6 sampai 14 tahun mencakup pelajaran membaca dan menghafalkan Al-Qur’an, pelajaran agama, syair dan pelajaran olahraga. Sedangkan kurikulum untuk anak 14 tahun ke atas di bagi menjadi dua, yaitu : pelajaran yang bersifat teoritis dan praktis. Materi yang bersifat teoritis meliputi : ilmu tentang materi dan bentuk, gerak dan perubahan, wujud dan kehancuran, tumbuh-tumbuhan, hewan, kedokteran, astrologi, kimia, yang secara keseluruhan tergolong ilmu-ilmu fisika. Selain itu, juga terdapat ilmu matematika, dan ketuhanan. Selanjutnya, untuk materi yang bersifat praktis adalah ilmu akhlaq, pengurusan rumah tangga, politik.
Dari uraian tersebut, tampak bahwa konsep kurikulum yang ditawarkan ibn Sina memiliki tiga ciri, yaitu :
a. Konsep kurikulum ibn Sina tidak hanya terbatas pada pada sekedar penyusunan sejumlah mata pelajaran, melainkan juga disertai dengan penjelasan tentang tujuan dan kapan mata pelajaran itu harus diajarkan.
b. Strategi penyusunan kurikulum juga didasarkan pada peikiran yang bersifat pragmatis fungsional.
c. Strategi pembentukan kurikulum Ibn Sina tampak dipengaruhi oleh pengalaman dalam dirinya.
3. Metode Pengajaran
Metode pengajaran yang ditawarkan ibn Sina antar lain metode talqin (mengjarkan Al-Qur’an dengan cara memperdengarkan), demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi, magang, dan penugasan.
4. Konsep Guru
Konsep yang ditawarkan oleh Ibn Sina berkisar tentang guru yang baik. Guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara pendidik akhlaq, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main dihadapan muridnya.
5. Konsep Hukuman dan Pengajaran
Ibnu sina pada dasarnya tidak berkenan menggunakan hukuman dalam kegiatan pengajaran. Hal ini didasarkan pada sikapnya yang sangat menghargai martabat manusia. Ibn Sina menyadari bahwa manusia memiliki naluri yang selalu ingin disayang, tidak suka diperlakukan kasar.
V. KONSEP PENDIDIKAN AL-GHAZALI
A. Sekilas Tentang Riwayat Hidup Al-Ghozali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghozali. Ia dilahirkan di Thus, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H / 1058 M.
B. KONSEP PENDIDIKAN AL-GHOZALI
Konsep pendidikan yang di tawarkan oleh Al-Ghozali meliputi tujuan penidikan, kurikulum, metode, etika guru dan murid. Berikut uraianya :
1. Tujuan Pendidikan
a. Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah.
b. Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia akhirat.
2. Kurikulum
Menurut Al-Ghozali, konsep mata pelajaran yang seharusnya diajarkan dan masuk kedalam kurikulum didasarkan pada dua kecenderungan sebagai berikut :
a. Kecenderungan agama dan tasawuf.
b. Kecenderungan pragmatis
3. Metode Pengajaran.
Perhatian Al-Ghozali dalam bidang metode ini lebih ditujukan pada metode khusus bagi pengajaran agama anak-anak. Untuk itu ia mencotohkan sebuah metode keteladanan bagi mental anak-anak, pembinaan budi pekerti dan penanaman sifat-sifat keutamaan diri mereka. Pada metode pengajaran Al-Ghozali lebih di tekankan pada pembentukan moral yang baik dan sesuai dengan aturan-aturan agama.
4. Kriteria guru yang baik.
Menurut Al-Ghozali, guru yang dapat diserahi tugas mengajar adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akalnya dan fisiknya..
Selain sifat-sifat umum yang harus dimiliki guru, seorang guru pun harus memiliki sifat-sifat khusus atau tugas-tugas tertentu sebagai berikut :
a. Kalau praktek mengajar dan peyuluhan maka sifat yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang
b. Seorang guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya.
c. Seorang guru hendaknya berfungsi sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur.
d. Seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekersan, cacian, makian dan sebagainya.
e. Sorang guru harus tampil sebagai teladan atau panutan di hadapan muridnya.
f. Seorang guru harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual, dan memperlakukan sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya itu.
5. Sifat Murid Yang Baik
Sejalan dengan tujuan pendidikan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah. Dengan dasar pemikiran ini maka seorang murid yang baik dalah murid yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Seorang murid harus berjiwa bersih.
b. Seorang murid yang baik juga harus menjauhkan diri dari persoalan duniawi, mengurangi keterikatan dengan dunia agar tidak mengganggu lancarnya penguasaan ilmu.
c. Seorang murid hendaknya bersikap rendah hati.
VI. KONSEP PENDIDIKAN BURHANUDDIN AZ-ZARNUJI
A. Sekilas Tentang Riwayat Burhanuddin Az-Zarnuji
Nama lengkapnya adalah Burhanuddin Al-Islam Azzarnuji. Dikalangan ulama’ belum ada kepastian mengenai tanggal kelahirannya. Adapun mengenai wafatnya ada dua pendapat yang dapat dikemukakan. Pertama, Burhanuddin Azzarnuji wafat pada tahun 591H / 1195 M. Kedua, ia wafat pada tahun 840 H / 1243 M.
B. Konsep Pendidikan Azzarnuji.
Konsep yang dikemukakan Azzarnuji secara monumental dituangkan dalam karyanya Ta’lil Al-Muta’allim Thuruq Al-Ta’allum. Dari kitab tersebut dapat diketahui tentang konsep pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Az-Zarnuji. Secara umum kitab ini mencakup tiga belas pasal yang singkat-singkat, yaitu :
1. Pengertian ilmu dan keutamaanya
2. Niat kala belajar
3. Memilih ilmu, guru dan teman serta ketabahan dalam belajar.
4. Menghormati ilmu dan ulama’
5. Ketekunan, kontinuitas dan cita-cita luhur.
6. Permulaan dan intensitas belajarserta tata tertibnya.
7. Tawakkal kepada Allah
8. Masa belajar
9. Kasih sayang dan memberi nasihat
10. Mengambil pelajaran
11. Wara (menjaga diri dari yang haram dan subhat)
12. Penyebab hafal dan lupa
13. Masalah rezeki dan umur.
VII. KONSEP PENDIDIKAN IBN JAMA’AH
A. Sekilas Tentang Riwayat Hidup Ibn Miskawaih
Nama lengkapnya adalah Badruddin Muhammad ibn Ibrahim ibn Sa’ad Allah ibn Jama’ah ibn Hasyim ibn Sakhr ibn Abd Allah al-Kinany. Beliah lahir di Hamza, Mesir, pada malam sabtu, tanggal 4 Rabiul akhir, 639 H/1241 M. Beliau wafat pada pertengahan malam akhir senin, tanggal 21 Jumadil ula tahun 733 H/1333M., dimakamkan di Qirafah. Dengan demikian usia beliau adalah 64 tahun 1 bulan 1 hari.
B. KONSEP PENDIDIKAN IBN JAMA’AH
Konsep pendidikan yang di kemukakan oleh Ibn Jama’ah secara keseluruhan dituangkan dalam karyanya Tadzkirat as-Sami’ Wa Al-mutakallimin fi adab al-Alim wa al-Muta’allimin. Di dalam buku tersebut ibn Jama’ah mengemukakan tentang keutamaan ilmu pengetahuan dan orang-orang yang mencarinya serta etika orang yang berilmu termasuk para pendidik ; kewajiban guru terhadap peserta didik, mata pelajaran, etika peserta didik, etika dalam menggunakan literatur serta etika tempat tinggal bagi para guru dan murid. Berikut uraianya :
1. Konsep Guru / Ulama’
Menurut Ibn Jama’ah bahwa guru sebagai ulama’ mikrokosmos manusia dan secara umum dapat dijadikan sebagai tipologi makhluq terbaik.
Dalam hal ini Ibn jama’ah menawarkan sejumlah kriteria yang harus dipenuhi seseorang yang akan menjadi guru. Yakni :
1.1. Menjaga akhlaq selama melaksanakan tugas pendidikan
1.2. Tidak menjadikan profesi guru sebagai usaha untuk menutupi ekonominya.
1.3. mengetahui situasi sosial kemasyarakatan.
1.4. Kasih sayang dan sabar.
2. Peserta didik
Manurut ibn jama’ah, peserta didik yang baik adalah peserta yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan untuk memilih, memutuskan dan mengusahakan tindakan-tindakan belajar dengan mandiri, baik yang berkaitan dengan aspek fisik, pikiran, sikap maupun perbuatan.
3. Materi Pelajaran / Kurikulum
Materi pel;ajaran yang dikemukakan oleh ibn jama’ah terkait dengan tujuan belajar yaitu semata-mata untuk menyerahkan diri kepada Allah. Tujuan semacam inilah yang merupakan esensi dari tujuan pendidikan Islam yang sesunggunya.
Terkait dengan tujuan tersebut, maka materi pelajaran yang diajarkan harus berkaitan dengan etika dan nilai-nilai spiritualitas. Sedangkan urutan mata pelajaran yang dikemukakan oleh ibn Jama’ah adalah sebagai berikut : Pelajaran Al-Qur’an, tafsir, hadits, ulumul hadits, ushul fiqh nahwu dan shorof.
Apabila dibedakan berdasarkan muatan materi dan kurikulum yang dikembangkan ibn jama’ah kiranya ada dua hal yang dipertimbangkan. Pertama, Kurikulum dasar yang menjadi acuan dan paradigma pengembangan disiplin lainya. Kurikulum ini secara secara konkret dijelaskan dengan kurikulum agama dan bahasa. Kedua, kurikulum pengembangan yang berkenaan dengan dengan mata pelajran non agama, tetapi tinjauan yang dipakai adlah kurikulum yang pertama diatas.
4. Metode Pembelajaran
Pada tingkatan metode pembelajaran, Ibn Jama’ah lebih menekankan pada metode hafalan, karena metode hafalan sangat penting dalam proses pembelajaran. Sebab, ilmu diperoleh bukan dari tulisan di buku melainkan dengan pengulangan secara terus menerus.
5. Lingkungan Pendidikan
Menurutnya, lingkungan yang baik adalah lingkungan yang didalamnya mengandung pergaulan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etis.
VIII. KONSEP PENDIDIKAN IBN TAIMIYAH
A. Sekilas Tentang Riwayat Hidup Ibn Taimiyah
Nama lengkapnya adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abd al-Halim bin Taimiyyah. Beliau lahir di kota Harran, wilayah Syiria, pada hari senin 10 rabi’ul awal 661 H/22 Januari 1263. Dan wafat di Damaskus pada malam senin, 20 zulkaidah, 728 Hijriyah/26 september 1328M. Ayahnya bernama Syihab ad-Din ‘Abd al-Halim Ibn as-Salam (627-672H). adalah seorang ulama’ besar yang mempunyai kedudukan tinggi di Masjid Agung Damaskus.
B. Konsep Pendidikan Ibn Taimiyah
Pemikiran Ibn Taimiyah dalam bidang pendidikan dapat dibagi kedalam pemikiranya dalam bidang falsafah pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum dan hubungan pendidikan dengan kebudayaan. Tentunya, pemikiran tersebut di bangun berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Semuanya itu secara signkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Falsafah Pendidikan
Menurut ibn Taimiyah bahwa menuntut ilmu itu merupakan ibadah dan memahaminya secara mendalam merupakan sikap ketakwaan kepada Allahdan mengkajinya merupakan jihad, mengajarkan kepada orang yang belum tau dan mendiskusikanya merupakan tasbih.
1.1. At-Tauhid
Menurut Ibn Taimiyah bahwa hal yang terpenting yang harus mendasarkan falsafah pendidikan adalah at-tauhid, yaitu menyatakan dua kelimah syahadah sebagai pangkal utama ajaran Islam.
Tauhid yang menjadi asas pendidikan itu menurut ibn taimiyah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Tauhid rububiyah
Meyakini bahwa Allah itu esa, yang menciptakan semua mahluq, mengatur dan membimbingnya.
b. Tauhid uluhiyyah
Meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya tuhan yang pantas disebut tuhan, di taati dan dipatuhi segala perintahnya serta menjauhi segala laranganya.
c. Asmma dan sifat
Meyakini bahwa segala yang berjalan dalam kenyataan di alam raya ini merupakan aturan Tuhan.
1.2. Tabi’at Insaniyah
Menurut ibn Taimiyah bahwa manusia dikaruniai tabi’at atau kecenderungan mengesakan tuhan sebagaimana terkandung dalam falsafah pendidikan.
2. Tujuan Pendidikan
Menurut Ibn Taimiyah Tujuan pendidikan di bagi menjadi tigal hal, yaitu :
2.1. Tujuan Individual
Pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi muslim yang baik, yaitu seorang yang berfkir, merasa dan bekerja pada berbagai lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan apa yang diperintahkan Al-Qur’an dan As-Sunnah
2.2. Tujuan Sosial
Pendidikan juga harus diarahkan pada terciptanya masyarakat yang baik yang sejalan dengan ketentuan Al-Qur’an dan As-Sunnah
3. Kurikulum
Dalam hal ini kurikulum dalam arti mata pelajaran dapat dikemukakan melalui empat tahab, yaitu
3.1. Kurikulum yang berhubungan dengan mengesakan tuhan
3.2. Kurikulum yang berhubungan dengan mengetahui secaara mendalam terhadap ilmu-ilmu Allah.
3.3. Kurikulum yang berhubungan dengan upaya mendorong manusia mengetahui secara mendalam terhadap kekuasaan Allah
3.4. Kurikulum yang berhubungan dengan upaya yang mendorong untuk mengetahui perbiuatan Allah
4. Metode Pengajaran
Menurut ibn Taimiyah pada garis besarnya metode pengajaran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu metode ilmiyah dan metode iradiyah. Berikut uraianya
4.1. At-Thoriqoh al-islamiyah (metode ilmiyah)
Ibn Taimiyah menamai metode imiyah karena dengan metode itulah akan dijumpai pemikiran yang lurus dalam memahami dalil, argumen dan sebab-sebab yang menyampaikan pada ilmu.
4.2. At-Thoriqoh al-Iradah
Ibn Taimiyah menamai metode At-Thoriqoh al-Iradah karena metode ini yang menghantarkan seseorang pada pengamalan ilmu yang diajarkanya.
IX. KONSEP PENDIDIKAN ABDULLAH AHMAD
A. Sekilas Tentang Riwayat Hidup Abdullah Ahmad
Abdullah Ahmad dilahirkan di Padang Panjang pada tahun 1878. ia adalah putera H. Ahmad, seorang ulama’ minangkabau yang senantiasa mengajarkan agama di surau-surau, disamping sebagai saudagar kain bugis
B. Konsep Pendidikan Abdullah Ahmad
Konsep pendidikan yang dikemukakan oleh Abdullah Ahmad meliputi tiga aspek yang fundamental, yaitu aspek kelembagaan, aspek metode dan aspek kurikulum. Berikut uraianya :
1. Aspek Kelembagaan
Dalam hal ini Abdullah Ahmad lebih menitik beratkan pada pola pengelolahan lembaga serta menempatkan guru sesuai dengan keahliaanya.
2. Aspek Metode pengajaran
Dalam hal ini, Abdullah Ahmad menfokuskan pada metode debatting club, Yakni metode diskusi. Dalam metode ini memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada murid untuk bertanya dan berdialog secara terbuka tentang berbagai hal yang menyangkut masalah agama yang pada saat itu masih dianggab tabu dan kurang dianggap beradab.
3. Aspek Kurikulum
Konsep kurikulum yang di bawa oleh Abdullah Ahmad adalah konsep kurikulum pendidikan integrated, yaitu terpadunya antara pengetahuan umumdengan pengetahuan agama serta bahasa dalam program pendidikan sebagaimana tercantum dalam setiap rencana pembelajaran.
X. KONSEP PENDIDIKAN K.H. AHMAD SANUSI
A. Sekilas Tentang Riwayat Hidup K.H. Ahmad Sanusi
Ahmad dilahirkan pada tanggal 3 muharrom 1306 H/18 september 1888M. di Desa Cantayan, kecamatan Cibadak, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Ayahnya bernama K.H. Abdurrohim bin H. Yasin, seorang pengasuh pondok pesantren di Cantayan. Ahmad Sanusi merupakan anak ketiga dari istri pertama, ia wafar pada tanggal 15 syawal thun 1369H/1950.
B. Konsep Pendidikan K.H. Ahmad Sanusi
Pemikiran Ahmad Sanusi dalam bidang pendidikan dapat diketahui melalui upaya-upaya yang dilakukan sebagai berikut :
1. Upaya Memajukan Pendidikan
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Ahmad Sanusi adalah membentuk lembaga pendidikan ibtida’iyah dan Madrasah diniyah. Dilembaga ini diajarkan selain pengetahuan agama juga pengetahuan umum.
2. Sistem, Metode dan Kurikulum
Kurikulum yang yang disuguhkan oleh Ahmad Sanusi adalah kurikulum khusus dalam bidang pelajaran agama. Dalam hal ini pelajaran yang ditekankan adalah pelajaran ilmu tafsir dan ilmu alat (nahwu shorof) Sedangkan metode yang dipakai adalah metode sorogan yang dipadukan dengan metode diskusi.
XI. KONSEP PENDIDIKAN K.H. IMAM ZARKASYI
A. Sekilas Tentang Riwayat Hidup K.H. Imam Zarkasyi
Imam Zarkasyi lhir di Gontor, Jawa Timur pada tanggal 21 maret 1910M. dan meninggal dunia pada tanggal 30 maret 1985. Ia meninggalkan seorang istri dan 11 orang anak.
B. Konsep Pendidikan K.H. Imam Zarkasyi
Secara garis besarkonsep pembaharuan pemikiran Imam Zarkasyi dapat dibagi dalam empat bidang yaitu pembaharuan dalam bidang metode dan sistem pendidikan, kurikulum pesantren, struktur dan sistem manajemen pesantren serta pola fikir santri dan kebebasan pesantren. Berikut uraianya ;
1. Pembaharuan Metode dan Sistem Pendidikan
Diantara pembaharuan metode dan sistem pendidikan yang diterapkan di Gontor adalah menganut sistem pendidikan klasikal yang terpimpin secara terorganisir dalam bentuk penjejangan kelas dalam jangka waktu yang ditetapkan. Hal ini ditempuh oleh Imam Zarkasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dalam pengajaran, dengan harapan bahwa dengan biaya dan waktu yang relatif sedikit dapat menghasilkan produk yang besar dan bermutu.
Selain itu, Imam Zarkasyi juga memperkenalkan kegiatan extra kurikuler. Dalam hal ini santri memiliki kegiatan di luar jam pelajaran.
2. Pembaharuan Kurikulum
Kurikulum yang diterapkan oleh Imam Zarkasyi adalah 100% umum dan 100 % agama.
3. Pembaharuan Struktur dan Manajemen Pesantren
Demi kepentingan pendidikan dan pengajaran Islam, Imam Zarkasyi mewakafkan ponpes Gontor kepada lembaga yang di sebut badan wakaf pondok modern gontor.
Selanjutnya, dalam hal ini lembaga badan wakaf menjadi badan tertinggi di pondok Gontor. Badan inilah yang bertanggungjawab untuk mengangkat kyai untuk masa jabatan lima tahun. Dengan demikian, kyai bertindak menjadi mandataris dan bertanggungjawab kepada badan wakaf.
4. Pembaharuan dalam Pola Fikir Santri dan Kebebasan Pesantren.
Dalam hal ini di tanamkan jiwa kepada santri agar berdikari dan bebas. Sikap ini tidak saja berarti bahwa santri belajar dan melatih mengurus kepentinganya sendiri serta bebas menentukan jalan hidupnya di masyarakat., tetapi juga bahwa pondok pesantren itu sebdiri sebagai lembaga pendidikan harus tetap independen dan tidak tergantung pada pihak lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
al hamdu lillah